REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Jenderal Turki mengungkapkan bagaimana situasi saat ia diculik kelompok prokudeta pada 15 Juli malam. Kepala Staf Jenderal Huluni Akar mengatakan, ia diminta berbicara dengan Fethullah Gulen yang berbasis di AS.
"Hakan Evrim (komandan pangkalan militer) mengatakan, ia bisa berbicara dengan Fethullah Gulen yang disebutnya sebagai 'opinion leader'," ujar Akar, Senin. "Tapi saya menolaknya."
Akar yakin, mereka yang terlibat dalam kudeta adalah dari kelompok Fethullah Terrorist Organization (FETO). "Saya rasa organisasi mereka akan melakukan gebrakan setelah pertemuan Dewan Tertinggi Militer pada Agustus yang telah kita siapkan."
Akar melanjutkan, organisasi teror itu sepertinya telah meramalkan hasil pertemuan itu. Mereka kemudian berupaya mengudeta dengan melakukan pengeboman gedung parlemen serta kantor keamanan dan membunuh warga sipil serta menyerang saudara mereka di kesatuan.
Akar mengecam kudeta terhadap pemerintahan dan menyebutnya sebagai catatan hitam dalam sejarah Turki. Terutama di saat pasukan keamanan Turki mulai berhasi melawan organisasi pemberontak Kurdi (PKK).
Baca juga, Kudeta Militer Turki Terkoordinasi Baik dan Hampir Berhasil.
"Saat malam kudeta, saya melihat pengkhianat kehilangan semangat. Pertama gambar yang menunjukkan mereka menyerah di Jembatan Bosphorus, dan presiden kita berbicara di Bandara Ataturk yang menghancurkan harapan mereka."