Kamis 29 Sep 2016 13:39 WIB

Isu Penyakit TB Hantui Pengungsi Timur Tengah di Michigan

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Agus Yulianto
Anak-anak pengungsi dari Timur Tengah di AS
Foto: philanews.com
Anak-anak pengungsi dari Timur Tengah di AS

REPUBLIKA.CO.ID, MICHIGAN -- Masalah kesehatan publik mengemuka di Michigan, Amerika Serikat setelah wilayah itu kedatangan setidaknya empat ribu pengungsi perang asal Timur Tengah pada tahun ini. Otoritas setempat mengkhawatirkan penyakit tubercolllosis (TB) yang dibawa oleh para pengungsi.

Juru Bicara Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusian Michigan (MDHHS) Bob Wheaton mengaku, tak bermasalah dengan kesehatan para pengungsi. Apalagi, pengurusan pengungsi oleh otoritas Amerika telah diatur dalam pakta pengungsi tahun 1980. Terlebih, proses pemantauan terhadap aspek kesehatan para pengungsi terus dilakukan.

Namun, dia mengkhawatirkan, potensi virus TB dari para pengungsi. "Pakta pengungsi tahun 1980 tidak mencantumkan bahwa otoritas negara bagian harus mengumpulkan dan mengawasi jumlah infeksi TB dengan datangnya para pengungsi," katanya seperti dilansir dari Breitbart  News.

Dia menjelaskan, MDHHS punya tanggungjawab agar para pengungsi memperoleh pengecekan kesehatan selama 90 hari pasca kedatangannya di Amerika. Namun, sayangnya potensi penyakit TB tak terlaporkan dan penyembuhannya hanya bisa ditentukan oleh psikolog. Apalagi, berdasarkan aturan kesehatan, hanya penyakit TB aktif saja yang wajib dilaporkan.

"Pakta pengungsi tahun 1980 juga tidak menyampaikan bahwa otoritas kesehatan setempat harus memonitor status kesehatan pengungsi yang terbukti positif terjangkit TB dan memastikan mereka memperoleh pengobatan," ujarnya.

Diketahui, pakta pengungsi tahun 1980 merupakan aturan yang digagas oleh Senator Edward Kennedy dan disahkan Presiden Jimmy Carter. Dalam pakta itu diatur mengenai pengungsi yang positif TB agar dipindahkan ke fasilitas kesehatan tingkat kota setelah diagnosis. Tapi sayangnya, data mengenai pengungsi terjangkit TB tak kunjung diperoleh otoritas kesehatan. "Kita tidak punya datanya," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement