REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Pemungutan suara ulang untuk memilih presiden Kenya diwarnai protes. Ini menyusul boikot yang dilakukan salah satu kandidat, Raila Odinga. Demonstran membakar ban yang memaksa aparat menembakkan gas air mata.
"Kami mengimbau warga Kenya yang menjunjung tinggi demokrasi dan kadilan untuk berdoa saja dan tetap di rumah," kata Raila Odinga seperti dikutip Aljazirah, Kamis (26/10).
Imbauan Odinga disertai persuasif kepada warga Kenya untuk mengajak penduduk lainnya tidak berpartisipasi dalam pemungutan suara. Dia mengatakan hal itu lantaran menilai voting yang dilakukan penuh dengan kecurangan.
Sebelumnya, pemungutan suara ulang dilakukan menyusul keputusan pengadilan tinggi yang tidak mengakui hasil pemungutan suara yang dilakukan pada 8 Agustus kemarin. Proses voting dinilai penuh dengan kejanggalan dan ilegal.
Pemungutan suara ulang dibuka pukul 06.00 pagi hingga 17.00 waktu setempat. Lebih dari 19 juta warga tercatat sebagai daftar pemilih tetap.
Sementara, hasil jajak pendapat sebelumnya menempatkan kandidat pejawat presiden Uhuru Kenyatta unggul dengan perolehan 54 persen suara. Unggul dibanding pesaingnya Raila Odinga dengan raihan 45 suara.
Advertisement