Rabu 17 Jan 2018 14:19 WIB

Kereta di Jepang Pun Sering Terlambat Saat Jam Sibuk

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Winda Destiana Putri
kereta api di sakai osaka  jepang
Foto: maman sudiaman
kereta api di sakai osaka jepang

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sistem perkeretaan Jepang terkenal dengan ketepatan waktunya. Namun baru-baru ini, Pemerintah Jepang merilis seringnya KRL di sana terlambat di jam sibuk.

Pada Desember 2017 lalu, Pemerintah Jepang mempublikasikan laporan tentang keterlambatan kereta sebagai masukan agar ada perbaikan jaringan kereta. Laporan yang baru pertama kali dibuat pemerintah Jepang ini berisi statistik tentang frekuensi keterlambatan serta uraian penyebab masalahnya dari berbagai perusahaan pengelola jaringan kereta, demikian dilansir Japan Times, Selasa (16/1).

Dalam laporan itu, East Japan Railway Co menunjukkan performa terburuk dengan keterlambatan tersering di jalur Chuo-Sobu dengan rata-rata terlambat 19,1 hari kerja dalam sebulan di sepanjang tahun fiskal 2017.

Laporan ini hanya memuat keterlambatan dalam radius 50 kilometer dari pusat kota Tokyo dimana perusahaan pengelola jalur kereta menerbitkan berita acara keterlambatan. Secara umum, berita acara keterlambatan juga hanya diterbitkan saat jam-jam sibuk di pagi hari.

Keterlambatan kereta paling sebentar yakni kurang dari 10 menit dan itupun disebabkan ulah penumpang. Penyebab keterlambatan 47,2 persennya karena penumpang masih memaksakan diri naik meski kereta sudah harus berangkat, 16 persen karena terbukanya kembali pintu kereta, dan 12,6 persen karena penumpang yang butuh bantuan medis.

Sementara untuk keterlambatan kereta lebih dari 30 menit, 43,6 persen karena adanya aksi bunuh diri dan 21,8 persen karena kereta lepas jalur, dan sisanya karena gangguan lain. Menurut pengamat perkeretaan yang juga jurnalis spesialis perkeretaan dan transportasi berbasis rel di Jepang, Jun Umehara, banyaknya persimpangan kereta di Tokyo membuat kereta sering terlambat.

''Belum banyak yang pemerintah Jepang lakukan untuk mengurangi keterlambatan kereta,'' kata Umehara.

Ia mencontohkan, sampai saat ini, keterlambatan kereta karena ada orang yang bunuh diri tidak dilacak oleh pemerintah karena dianggap faktor eksternal yang tidak disebabkan oleh perusahaan pengelola jaringan kereta.

Meski begitu, pemerintah Jepang berupaya meningkatkan efisiensi lebih serius dibanding soal keterlambatan di jaringan pusat kota Tokyo. Meski butuh waktu, akhirnya pemerintah melihat serius penyebab keterlambatan kereta. ''Itu langkah awal yang bagus,'' kata Umehara.

Sementara itu, sebuah sumber menyatakan penyebab keterlambatan kereta berbeda antara satu operator dengan operator lain. Namun mereka berkomitmen tetap melapor bila ada keterlambatan agar jadi bahan evaluasi bersama.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement