Jumat 21 Jul 2017 03:15 WIB

Situasi Memanas, Kuwait Usir Dubes Iran

Rep: Christiyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Bendera Iran  (ilustrasi)
Foto: politico.ie
Bendera Iran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT -- Kuwait mengusir duta besar Iran dan 14 diplomatnya dengan dugaan terlibat dalam aksi mata-mata dan teror. Media Iran dan Kuwait santer memberitakan soal pengusiran ini pada Kamis (20/7).

Kuwait juga menginstruksikan agar berbagai misi budaya dan militer di Iran dibatalkan menyusul memanasnya tensi kedua negara.

Seperti dilansir Reuters, para diplomat Iran mengungkapkan ini adalah langkah tak biasa yang ditempuh Kuwait. Selama ini Kuwait dikenal sebagai negara yang memilih menghindari konflik.

Kantor berita Iran, ISNA, melaporkan Kuwait hanya mengizinkan 19 staf kedutaan Iran tetap tinggal di Kuwait. “Duta Besar Iran, Alireza Enayati diusir dari Kuwait akibat intervensi politik Arab Saudi dan dugaan terorisme tanpa bukti,” demikian dilaporkan oleh ISNA.

Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti sampai kapan waktu yang diberikan kepada para diplomat Iran untuk bisa tinggal di Kuwait. Beberapa sumber menyebut tenggat waktu yang diberikan adalah 45 hari sedangkan sumber lain mengatakan 48 hari.

“Kuwait memutuskan untuk mengambil keputusan ini berdasarkan norma diplomatik dan kesepakatan Vienna yang bertujuan menjaga hubungan dengan Iran,” kata Menteri Sheikh Mohammad al-Mubarak al-Sabah.

Baca juga,  AS: Iran Masih Menjadi Negara Sponsor Utama Terorisme.

Akhir tahun lalu Kuwait mempidana 23 pria di mana satu di antaranya adalah warga Iran sedangkan lainny adalah warga Kuwait.

Mereka ditangkap dengan tuduhan menjadi mata-mata untuk Iran dan Hizbullah setelah menyelundupkan senjata dan bahan peledak. Barang-barang selundupan itu ditemukan dalam sebuah razia di tempat yang disebut sel Abdali. Peristiwa itu memicu ketegangan antara kedua negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement