Rabu 13 Dec 2017 15:14 WIB

Parlemen Iran: Putuskan Hubungan Diplomatik dengan AS

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang anggota parlemen berjalan di ruang sidang parlemen Iran
Foto: Reuters
Seorang anggota parlemen berjalan di ruang sidang parlemen Iran

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Parlemen Iran mendesak seluruh negara Muslim untuk segera memutuskan semua hubungan diplomatik mereka dengan Amerika Serikat dan Israel. Hal itu dilakukan menyusul penetapan sepihak Presiden Donald Trump terkait status Yerusalem.

"Sebagai anggota majelis, kami meminta semua negara Islam segera memutuskan hubungan diplomasi dengan rezim zionis dan mengurangi perjanjian ekonomi dengan Amerika," kata pernyataan resmi Parlemen Iran seperti diwartakan Teheran Times, Rabu (13/12).

Iran menambahkan perlunya parlemen negara-negara Islam dalam membimbing pemerintah masing-masing untuk lebih memenuhi tuntutan kaum Muslim. Iran mengaku tidak akan tinggal diam terkait pengakuan sepihak Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel oleh Amerika.

Parlemen Iran juga mengecam keputusan sepihak Trump. Mereka menilai Pemerintah Amerika gagal dalam memenuhi komitmen kesepakatan internasional terkait status Yerusalem.

Ditandatangani oleh 235 anggota parlemen dari 290 kursi yang ada, pernyataan tersebut memperingatkan AS dan Israel bahwa negara-negara Islam tidak akan tetap diam dalam menghadapi kekejaman mereka. Keputusan Trump dinilai telah merusak perundingan damai di kawasan.

"Washington akan bertanggung jawab dan menerima konsekuensi dari tindakan mereka," kata parlemen Iran sambil memberikan peringatan kepada Amerika.

Sementara, keputusan sepihak Amerika Serikat membuat geram pemerintah dunia. Kebijakan itu tak pelak menimbulkan berbagai protes terutama dari warga Palestina.

Berdasarkan data Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) di Gaza mencatat 97 warga Palestina terluka sejak Senin (11/12) pagi hingga malam. Sebanyak 60 orang di antaranya menderita sesak napas akibat menghirup gas air mata sedangkan 37 orang lainnya dilarikan ke Rumah Sakit karena tertembak peluru tajam militer Israel.

Presiden Vladimir Putin mengatakan, Rusia dan Turki sepakat mengecam pengakuan Donald Trump terhadap Yerusalem. Menurut Putin, tindakan itu akan memicu kekacauan situasi di Timur Tengah.

"Langkah pemerintahan Trump tidak membantu penyelesaian konflik Timur Tengah dan, justru sebaliknya, mendestabilkan situasi yang sudah sulit di wilayah ini," kata Putin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement