Senin 13 Aug 2012 13:43 WIB

PMI Kirim Bantuan ke Rohingya Setelah Lebaran

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Hazliansyah
  Ketua Umum PMI Jusuf Kalla didampingi Menteri Urusan wilayah Perbatasan Myanmar Letnan Jenderal Thein Htay mengunjungi barak pengungsi etnis Rohingya di Thet Kay Pyin, Ibukota negara bagian Rakhine Sittway, Myanmar, Sabtu (11/08).
Foto: Antara
Ketua Umum PMI Jusuf Kalla didampingi Menteri Urusan wilayah Perbatasan Myanmar Letnan Jenderal Thein Htay mengunjungi barak pengungsi etnis Rohingya di Thet Kay Pyin, Ibukota negara bagian Rakhine Sittway, Myanmar, Sabtu (11/08).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Palang Merah Indonesia (PMI) akan mulai mendistribusikan bantuan kepada masyarakat Rohingya setelah Lebaran. Bantuan tersebut berupa makanan, obat-obatan, infrastruktur, dan pengiriman relawan.

Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla, mengatakan saat ini dua orang pengurus PMI masih berada di Myanmar untuk membuat perencanaan dengan palang merah Myanmar dan Pemerintah Myanmar.

"Nanti relawan yang dikirim bukan hanya dari Indonesia saja, namun ada juga yang dari Turki dan Qatar, kami belum menentukan jumlah relawan yang dikirim, karena masih kami sesuaikan dengan keadaan disana," ujarnya, Senin (13/8).

Kalla menambahkan, jumlah pengungsi Rohingya mencapai 8 ribu orang. Namun sesuai dengan kesepakatan PMI akan membantu setengahnya, yakni sekitar 4 ribu orang. "Tidak semuanya dibebankan kepada PMI, kami juga berbagi tugas dengan OKI, jadi nanti sisanya akan diurus oleh OKI," ujar Kalla.

Lebih lanjut, Kalla menjelaskan keadaan di Myanmar saat ini sudah aman dari konflik. Namun rasa takut dan trauma warga Rohingya masih tinggi, terutama korban yang rumahnya dibakar dan sampai saat ini mereka masih tinggal di pengungsian. Kondisi kesehatan warga Rohingya juga menurun karena ketersediaan air bersih tidak mencukupi.

Kalla juga mengatakan, untuk akses menuju ke kamp pengungsian tidak mengalami kendala yang berarti. "Untuk akses masuk kesana akan ditangani mulai minggu ini sebab harus ada persetujuan dari pemerintah. Pada awalnya akses kesana memang sulit, namun setelah saya datang tidak ada kesulitan lagi," ujar Kalla.  

 

Kalla mengatakan bahwa awal mula konflik Rohingya ini tidak jauh berbeda dengan konflik yang terjadi di Ambon dan Poso. Berawal dari konflik orang, kemudian merambat ke konflik komunal dan merembet ke permasalahan agama.

Terkait dengan upaya pemerintah Myanmar untuk meredam permasalahan ini, Kalla mengatakan bahwa pemerintah Myanmar telah menunjuk satu orang menteri untuk bertanggung jawab dan terjun langsung ke lapangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement