REPUBLIKA.CO.ID,MOGADISHU--Satu kelompok utama gerakan perlawanan Islam, Rabu, sehari menjelang ulang tahun ke-50 kemerdekaan negara tanduk Afrika itu menyerukan warga memboikot perayaan itu dan memperingatkan akan melakukan pembalasan jika mereka hadir. "Kami menyerukan kepada warga-warga Muslim untuk tidak menghadiri peringatan apa yang mereka sebut hari nasional karena itu adalah warisan dari orang-orang kafir," kata Moalim Hashi Mohamed Frah, pejabat senior Hezb Al Islam di Mogadishu.
"Kami memperigatkan media lokal dan wartawan tidak menghadiri acara peringatan-peringatan itu... Siapapun yang melakukan peliputan perayaan hari nasional itu akan menghadapi konsekuensi-konsekuensi buruk," katanya. Somalia, yang porak poranda akibat perang saudara sejak tahun 1991, memperoleh kemerdekaan dari Italia tahun 1960 dan bergabung dengan Somaliland, satu protektorat Inggris yang memproklamasikan kemerdekaan lima hari sebelumnya pada 26 Juni.
"Memperingati dan merayakan peristiwa-peristiwa seperti Hari Kesehatan dan Hari Tuberklosa juga tidak disebut dalam kitab suci Al Quran dan jadi ikut serta memperingati hari-hari itu sama sekali dilarang dalam Islam," tambahnya.
Peraturan Hukum Islam diberlakukan di beberapa bagian ibu kota Mogadishu dan bagian-bagian lain Somalia oleh kelompok Al Shebaab, yang memiliki cabang polisi agama bernama "Jaysh al Hisbah" (Polisi Moral).
Satuan-satuan dari "brigade-brigade mobilisasi sosial" sering terlihat di daerah-daerah ramai dalam truk-truk dan memberikan instruksi-instruksi melalui pengeras-pengeras suara utuk ikut jihad dan menghormati mode pakaian Islam murni.
Pengumuman lainnya yang diberlakukan di Mogadishu oleh kelompok perlawanan Islam termasuk larangan menyaksikan pertandingan sepak bola Piala Dunia, serta larangan-larangan musik Barat, DVD dan video game.