Selasa 17 Aug 2010 20:12 WIB

Gates-Petreaus Beda Pendapat Soal Penarikan Tentara AS dari Afghanistan

Robert Gates (kiri) dan David Petraeus (kanan)
Foto: .
Robert Gates (kiri) dan David Petraeus (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON--Dalam sebuah wawancara, Menteri Pertahanan AS Robert Gates menegaskan, bahwa tenggat waktu Juli 2011 bagi penarikan pasukan AS dari Afghanistan merupakan keputusan pasti.

Pernyataan Gates yang akan meninggalkan jabatannya tahun depan itu,  berbeda dengan pernyataan Jenderal David Petraeus sebelumnya. Panglima pasukan AS di Afghanistan  itu,  dalam sebuah wawancara lain menjawab bahwa penarikan pasukan tidak terikat secara kaku pada tenggat waktu. "Presiden Obama dan saya duduk bersama di Ruang Oval, dan dia menyatakan dengan sangat jelas bahwa dia menginginkan nasihat profesional yang terbaik dari saya, dimana saya memahami bahwa misi ini sudah ditetapkan. Kami merekomendasikan strategi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk strategi tersebut, dan jika ada perubahan, tentu saya akan berkomunikasi dengannya," ujarnya.

Afghanistan, dengan dukungan negara-negara barat, mencoba untuk membangun kekuatan tentara dan polisinya,  sehingga mereka dapat mengambil alih sepenuhnya tanggungjawab keamanan yang selama ini diemban oleh pasukan NATO yang dipimpin oleh AS, hingga tahun 2014 mendatang.

Taliban, yang digulingkan lewat invasi AS pada tahun 2001 masih menguasai sejumlah besar wilayah di selatan, dan gencar melancarkan serangan terhadap pasukan AS.  Kini menurut jajak pendapat, dukungan publik AS terhadap perang yang telah berlangsung sembilan tahun dan langkah yang diambil Obama merosot, setelah jumlah tentara AS yang tewas di Afghanistan mencapai titik tertinggi pada bulan Juli lalu. Pendapat berbeda yang dilontarkan Gates dan Petraeus mengundang sikap skeptis publik bahwa pasukan koalisi yang dipimpin oleh AS itu akan mencapai tujuannya.

Di luar itu, jumlah tentara asing yang terbunuh di Afghanistan menembus angka 2.000 orang, sejak tahun 2001. Demikian laporan di situs internet icasualities.com.  Termasuk diantara total korban tewas itu, lebih dari 1200 serdadu AS dan lebih dari 330 orang tentara Inggris. Saat ini terdapat sekitar 140 ribu serdadu AS dan NATO yang bertugas menstabilkan keamanan di negeri yang dililit kemelut tersebut.

sumber : Deutche Welle
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement