REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Mantan Presiden dan tokoh revolusioner Kuba, Fidel Castro, mengakui bahwa ia sedang berdiri di hadapan 'gerbang kematian' ketika empat tahun lalu terserang penyakit sehingga memaksa dirinya untuk menyerahkan kekuasaan kepada adiknya yang kini menjabat sebagai Presiden Kuba.
Fidel Castro kembali tampil dihadapan publik Juli silam setelah hampir selama empat tahun tinggal dalam bayang-bayang kematian. Sejak Juli ia tampil untuk memperingatkan Amerika Serikat dan Israel bahwa peperangan dengan Iran hanya akan membawa dunia ke tepi jurang kehancuran akibat perang nuklir.
Dalam wawancara selama lima jam dengan surat kabar Meksiko, La Jornada, pria berusia 84 tahun itu mengungkapkan bahwa selama didera sakit parah, berat tubuhnya turun hingga di bawah 70 kilogram. Itu terbilang sangat kurus untuk pria setinggi lebih dari 182 cm itu. ''Saya tidak bisa berharap untuk hidup lebih lama lagi,'' kata Castro seperti yang dikutip The Telegraph, Senin (30/8).
''Saya sering kali bertanya-tanya kepada diri saya sendiri, apakah dokter-dokter tetap membuat saya hidup dalam kondisi ini ataukah mereka membolehkanku mati,'' kisahnya.
Pemerintah Kuba sendiri tidak pernah mengungkapkan penyakit yang diderita Castro sejak Juli 2006 itu. Meski demikian luas dikabarkan ia menderita komplikasi penyakit diverticulitis, sebuah penyakit pencernaan yang umum diderita orang lanjut usia. Fidel Castro yang digantikan oleh adiknya, Raul Castro, dirawat di sebuah lokasi rahasia selama masa pengobatannya.
Sejak kemunculannya bulan lalu, Castro kini tampak lebih tegar dan suara mantan presiden yang juga orator ulung itu telah kembali menggelegar seperti sedia kala. Dalam wawancara itu Castro menjelaskan dirinya menjalankan beberapa kali operasi, berbaring di rumah sakit, disambungkan dengan berbagai mesin, dan ia berpikir berapa lama semuanya akan berlangsung sampai penderitaannya berakhir.
''Berbaring di tempat tidur, yang bisa saya saksikan hanyalah yang ada di sekitar saya, mesin-mesin yang saya tidak pahami. Saya tidak tahu berapa lama penderitaan itu akan berlangsung, satu-satunya yang saya harapkan adalah dunia ini berhenti berputar,'' tutur Castro. ''Tetapi saya bisa kembali.''