Selasa 07 Sep 2010 20:50 WIB

AS Minta Sekutunya di NATO Kirim Tambahan Tentara Lagi ke Afghanistan

Tentara AS di Afghanistan
Foto: AP PHOTO
Tentara AS di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL, AFGHANISTAN--Pimpinan tertinggi pasukan AS dan NATO di Afghanistan meminta lagi tambahan 2.000 tentara untuk bergabung dengan pasukan internasional di sana, demikian ujar pejabat NATO, Senin (6/9). Namun tak cukup jelas berapa komposisi pembagian jumlah pasukan antara AS dan negara-negara sekutunya.

Pejabat koalisi tersebut mengatakan hampir setengah pasukan akan dilatih untuk penambahan cepat bagi pasukan keamaan di Afghan. Dalam tentara tambahan termasuk pula permintaan unit terlatih untuk menjinakkan bom jalanan yang telah bertanggung jawab dalam 60 persen dari 2.000 kematian dalam perang yang hampir terjadi 9 tahun itu.

Sang pejabat yang tak ingin disebut namanya, mengingat masalah ini tak seharusnya dipublikasikan ke media, mengatakan, komando pimpinan NATO telah meminta tambahan tersebut jauh hari, bahkan sebelum Jendral David Petraus diasumsikan memerintah di sana, Juli lalu.

Petraeus, tak lama kemudian memperbarui permintaan itu kepada markas besar NATO di Brusel. Pakta pertahanan itu mengalami masalah memperoleh pasokan tentara untuk mengoptimalkan upaya-upaya perang. Hingga kini, sedikitnya 450 posisi masih kosong selama lebih dari setahun.

Dengan jumlah korban tewas meningkat, perang menjadi kian tak populer di mata 28 negara anggota NATO, yang menganggap tambahan pasukan haruslah hanya dari pihak Amerika Serikat. Di Eropa, jajak pendapat menunjukkan mayoritas suara menganggap perang adalah pengeringan keuangan tak perlu di tengah pemotongan tajam pengeluaran publik dan kebijakan moneter ketat lain.

Sebuah anggota pasukan AS berjumlah 30 ribu orang telah dikirim ke Afghanistan sebagai bagian dari peningkatan upaya perang untuk menekan pemberontak Taliban. Kelompok militan itu mengklaim telah merenggut nyawa lebih dari 1.000 pasukan Amerika. NATO mengumumkan baru-baru ini bahwa seorang tentara AS terbunuh pada Minggu di Afghanistan timur.

sumber : AP/msnbc
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement