Rabu 29 Sep 2010 17:05 WIB

Warga AS Minim Pengetahuan Tentang Agama

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Sebuah survei pada masyarakat Amerika Serikat (AS) menemukan kenyataan bahwa pengetahuan agama masyarakat di negara tersebut amatlah minim. Dari survei yang dirilis, Selasa (28/9) oleh Pew Forum, tentang agama dan kehidupan sosial, diketahui pula banyak responden yang mengaku beragama tak mampu menjawab pertanyaan tentang prinsip dasar di agama mereka sendiri.

Misalnya para penganut ajaran Katolik Roma. Empat puluh persen dari para penganutnya yang berpartisipasi dalam studi tersebut tak tahu bahwa dalam ajaran gerejanya roti dan anggur yang digunakan dalam Perjamuan Kudus bukan hanya simbol melainkan dari tubuh dan darah Kristus.

Hal ini juga terjadi pada penganut Protestan di AS. Lebih dari separuh penganutnya yang ikut dalam survei tak tahu kalau Marthin Luter merupakan tokoh di balik Reformasi Protestan. Dan sekitar empat dari 10 Yahudi pun tak tahu kalau Maimonides, salah satu rabbi dan intelektual besar dalam sejarah dunia, merupakan orang Yahudi.

Kenyataan ini tentulah amat mengejutkan. Pasalnya AS dikenal sebagai negara maju paling religius. Terutama jika dibandingkan dengan Eropa Barat yang sekuler. Meski demikian, memang pengetahuan agama penduduknya banyak diragukan oleh para pemimpin dan pendidik di negara itu. Banyak imam yang mengeluh bahwa masyarakat AS minim pengetahuan agamanya sendiri.

Selain pertanyaan mengenai agama masing-masing, survei tersebut juga dilakukan untuk mengetahui apakah warga AS memiliki pengetahuan tentang agama lain. Beberapa pertanyaan diajukan misalnya apa nama kitab suci umat Muslim, apa agama Dalai Lama dan siapa Wisnu dan Siwa. Namun sayangnya sama seperti sebelumnya, rata-rata peserta survei tak mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan.

Studi ini juga menemukan fakta banyak warga AS tak tahu ada konstitusi yang ketat terkait pengajaran tentang agama di sekolah umum. Banyak guru-guru sekolah umum tak pernah mendidik muridnya untuk berdoa. Padahal puluhan tahun lalu, Mahkamah Agung AS telah menyatakan jelas bahwa Alkitab misalnya, harus diajarkan pada siswa, sebagai salah satu contoh sastra. 

sumber : ap
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement