Rabu 12 Jan 2011 06:31 WIB

Obesitas dan Tiran, Beberapa Citra Negatif Wanita Mesir di Media

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Salah satu karikatur di media mesir yang mengolok-olok wanita.
Foto: WOMENSVIEWSONNEWS.ORG
Salah satu karikatur di media mesir yang mengolok-olok wanita.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--Citra perempuan di media Mesir cenderung negatif. Demikian kesimpulan studi Fakultas Komunikasi Massa, Universitas Kairo, baru-baru ini terhadap kartun yang tayang di sejumlah surat kabar Mesir. Disebutkan dari sekian banyak karikatur perempuan Mesir yang dipublikasikan terbangun citra obesitas, pergaulan bebas dan kejam.

Salah seorang peneliti, Asmaa Fuad Hafez, menuturkan perempuan Mesir lebih dominan dicitrakan sebagai pribadi yang irasional dan dangkal. Hanya sedikit citra yang tergambar positif. Selebihnya 62 persen kartun cenderung mencemooh penampilan fisik perempuan Mesir.

Secara terpisah, Kartunis Mesir Amr Selim, yang dikenal sebagai kartunis politik dan sosial, Harian  Al-Masry Al-Youm berpendapat bahwa kartun-kartun yang dipublikasikan mencerminkan pandangan umum di masyarakat."Bukan hal mengejutkan bila perempuan acap kali dipandang negatif. Itu tidak terjadi di Mesir saja, tetapi di negara-negara Arab lainnya," papar Selim seperti dikutip dari Al arabiya, Senin (10/1). 

Selim menjelaskan penggambaran negatif perempuan dalam kartun dapat menjelaskan adanya penganiayaan dalam masyarakat. Para wanita selalu dieksploitasi secara sosial dan politik," ujar Selim. S

ebagai contoh, katanya, seorang wanita selalu dikritik kelas bila ia mengenakan jubah terlalu menutup, begitupun bila ia tidak mengenakan jilbab, apakah ia di sisi kanan atau kiri. Para kartunis pada 1970-an bahwa menggambarkan wanita terlihat sangat, sangat gemuk setelah menikah dan bagaimana mereka fokus dengan menjadi tiran bagi suaminya.

Dalam politik, ungkap Selim, parlemen Mesir memberikan sejumlah kursi khusus untuk perempuan. Hal itu bukan dimaksudkan sebagaimana lazimnya berdemokrasi melainkan hanya bentuk eksploitasi terselubung yang dilakukan guna memberikan kesan kesetaraan dan reformasi politik.

Maggie al-Halawany, pengamat media dan mantan dekan Fakultas Komunikasi Massa, Universitas Kairo  menolak untuk melihat kartun yang dipublikasikan sebagai cerminan dari realitas sosial. "Ini tidak realistis," katanya. "Perempuan telah membuat begitu banyak prestasi. Seperti saat ini ada 66 anggota parlemen perempuan dan 12 persen dari presiden universitas adalah perempuan."

Halawany mengharapkan kartunis 'membuat pembaca tertawa tanpa mengorbankan konten. "Itu tidak bisa dijadikan dalih untuk menodai citra perempuan Mesir. Mereka harus berhati-hati dengan apa yang mereka hadirkan untuk pembaca," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement