REPUBLIKA.CO.ID,TUNIS--Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali mengundurkan diri setelah berkuasa selama 23 tahun dan meninggalkan negaranya, Jumat, demikian diumumkan Perdana Menteri Mohammed Ghannouchi. PM Tunisia itu menyatakan memegang kekuasaan untuk sementara waktu.
Ghannouchi mendesak rakyat Tunisia bersatu lagi setelah pekan-pekan protes dan mengatakan, ia akan menghormati konstitusi. "Saya mendesak rakyat Tunisia dari semua aliran politik dan dari seluruh kawasan untuk menunjukkan patriotisme dan persatuan," kata Ghannouchi di televisi pemerintah.
Ben Ali meninggalkan negaranya di tengah tuntutan yang meningkat agar ia mengundurkan diri meski pada Kamis malam ia menyatakan tidak akan mengupayakan perpanjangan masa jabatan setelah 2014. Tidak jelas ke mana presiden itu pergi.
Sebelumnya, pemerintah Tunisia mengumumkan pemberlakuan keadaan darurat nasional, yang melarang pertemuan umum dan mengizinkan pasukan keamanan menembak orang yang menolak mematuhi aturan. Menurut sebuah pernyataan pemerintah yang disiarkan kantor berita TAP, jam malam 12 jam diberlakukan di Tunisia mulai pukul 18.00 waktu setempat (pukul 24.00 WIB).
"Tidak diperbolehkan lebih dari tiga orang berkumpul di jalan raya umum," kata pernyataan itu.
"Polisi dan militer diizinkan menembak orang mencurigakan yang tidak mematuhi aturan atau pergi tanpa mau berhenti," tambahnya.
Jam malam yang sebelumnya berlaku di Tunis, ibukota Tunisia, telah diperluas ke seluruh negeri dan diperpanjang dari kurun waktu sebelumnya pukul 21.00 hingga pukul 05.30. Jumat, beberapa petugas medis mengatakan, pasukan keamanan menembak mati 13 orang di Tunis dan daerah-daerah pinggiran pada Kamis malam, setelah Presiden Zine El Abidine Ben Ali memerintahkan polisi untuk berhenti menembaki pemrotes,
"Mayat tiga orang yang terkena peluru dibawa ke rumah sakit di Kram, dekat Tunis, dan 10 mayat lagi dibawa ke rumah sakit Charles Nicole di Tunis," kata satu sumber kepada AFP. Angka itu dikonfirmasi oleh petugas medis lain yang mengambil bagian dalam demonstrasi besar-besaran Jumat menentang Ben Ali di pusat kota tersebut dan dibubarkan oleh polisi yang menembakkan gas air mata. Belum ada pernyataan resmi dari pemerintah mengenai berita kematian itu.