REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN-- Mata-mata Barat mencari seseorang yang terbelakang secara mental untuk membakar dirinya sendiri dan memicu kerusuhan di Iran seperti yang terjadi di sejumlah negara Arab, kata kepala milisi berkuasa di Iran pada Ahad.
Komandan Mohammad Reza Naghdi, yang memimpim milisi berjumlah ratusan ribu relawan yang ditakuti di Iran, Basij, mengatakan beberapa badan intelijen Barat ingin memicu kejadian di Iran seperti Mesir dan Tunisia.
"Sejumlah badan intelijen Barat mencari orang dengan keterbelakangan mental yang dapat membakar diri di Teheran supaya memicu perkembangan seperi di Mesir dan Tunisia," kata Naghdi yang dikutip oleh kantor berita Fars.
"Pihak Barat sangat terbelakang dan berpikir dengan meniru tindakan serupa mereka akan berhasil," katanya. Komentar Naghdi diutarakan saat pemimpin oposisi Iran ingin melakukan unjuk rasa pada Senin untuk mendukung pergolakan di sejumlah negara Arab tetapi dipercaya oleh pendukung pemerintah Iran sebagai rencana untuk melakukan protes anti-pemerintah baru.
Pemberontakan di Tunisia yang berakhir dengan tumbangnya presiden Zine El Abidine Ben Ali bermula oleh pembakaran diri seorang sarjana muda yang menganggur, Mohamed Bouazizi, pada Desember. Peniruan pembakaran diri terjadi di Mesir pada hari-hari sebelum 25 Januari, saat pemrotes pertama kali mengambil alih jalanan Kairo demi menuntut pengunduran diri Hosni Mubarak.
Iran mendukung pergolakan di negara Arab tetapi menolak izin terhadap pihak pemimpin oposisi negaranya untuk melakukan unjuk rasa pada Senin. Pihak berwenang Iran membubarkan unjuk rasa oposisi yang dilakukan di Teheran tak lama setelah Presiden Mahmoud Ahmadinejad terpilih ulang pada 2009.
Puluhan orang tewas, ratusan orang terluka dan ribuan ditahan dalam penangkapan oleh pasukan keamanan dan milisi Basij kepada para pemrotes yang menuduh pihak berwenang mengatur pemilihan umum yang menyebabkan Ahmadinejad kembali berkuasa.