Ahad 27 Feb 2011 18:54 WIB

Aksi Demonstrasi Merambah Cina

Rep: Abdullah Sammy/ Red: Didi Purwadi
Pemerintah Beijing masih melakukan kontrol ketat terhadap penggunaan internet dan jejaring sosial.
Foto: AP
Pemerintah Beijing masih melakukan kontrol ketat terhadap penggunaan internet dan jejaring sosial.

REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING - Demonstrasi anti-pemerintah melanda Cina pada Ahad (27/2). Polisi langsung bersiaga mengamankan aksi massa yang dikhawatirkan menimbulkan kerusuhan layaknya aksi yang kini berkecamuk di Timur Tengah.

Aksi anti-pemerintah juga merambah ke dunia maya. Sejumlah situs dan jejaring sosial mulai menyarankan aksi anti-pemerintah. Polisi Cina juga memberlakukan pembatasan ketat pada jurnalis yang akan meliput aksi pemerintah.

Partai Komunis Cina membantah jika negara Tirai Bambu itu terkena efek domino dari Timur Tengah. Menurut mereka, aksi yang terjadi di Shanghai dan Beijing hanyalah bentuk ekspresi yang normal terjadi. Walau membantah telah terjadi aksi demonstrasi, pemerintah Cina tetap memberlakukan sensor terhadap pemberitaan dan situs jejaring sosial.

“Sensor” informasi juga mencakup pemberitaan mengenai kondisi di Timur Tengah. Menurut sejumlah media asing, pemerintah Cina mencemaskan berkembangnya kekuatan politik masyarakat. Seperti diketahui, Cina hanya dihuni oleh satu partai penguasa.

Perdana Menteri Cina, Wen Jiabao, mengatakan pihaknya akan merespon segala keresahan masyarakat. Dia berjanji akan menekan setiap Pemerintah Propinsi untuk meningkatkan kinerjanya demi masyarakat. “Tujuan pembangunan ekonomi kita adalah untuk memenuhi kebutuhan rakyat, baik material maupun budaya. Kita pun bertekad membuat kehidupan rakyat biasa lebih baik dan lebih baik, "kata Wen seperti dikutip Alternet.

Aksi yang berlangsung di Beijing sempat panas tatkala awak media mendapat perlakuan kasar dari sejumlah pria berpakaian preman. Diduga para pria tersebut merupakan anggota polisi kota yang coba membubarkan aksi massa.

Salah satu fotografer berita diperintahkan oleh polisi untuk meninggalkan daerah unjuk rasa dan dipaksa untuk menghapus foto dari kamera-nya. Hal ini mengulangi kejadian pekan sebelumnya di mana seorang jurnalis harus dibawa ke kantor polisi untuk menghapus gambar hasil bidikannya.

Tidak hanya jurnalis, puluhan aktivis hak asasi manusia pun telah ditahan dan menjalani pemeriksaan di kantor polisi.Walau menimbulkan sedikit ketegangan, aksi di Beijing dan Sanghai tidak berakhir anarkis.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement