Rabu 02 Mar 2011 16:49 WIB

Menyusup ke Libya, SAS Inggris Coba 'Curi' Senjata Kimia Gaddafi

Presiden Libya Muammar Gaddafi
Presiden Libya Muammar Gaddafi

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah sumber di pemerintahan Amerika Serikat mengungkapkan bahwa tentara elit Inggris SAS telah dipanggil untuk mengamankan setidaknya 10 ton gas mustard (semacam belerang) dan sarin yang diperkirakan ditimbun di tiga lokasi yang berbeda. Diperkirakan, pasukan khusus Inggris tersebut telah berada di Libya sekitar 10 hari lalu yang berbarengan proses evakuasi para pekerja Inggris.

Sumber di pemerintahan Inggris mengatakan, pihaknya belum mengetahui dengan pasti terkait permintaan AS tersebut. Namun pejabat di pemerintahan Inggris mengatakan bahwa rencana tersebut telah dipersiapkan termasuk terhadap segala kemungkinan yang ada.

Mantan Perdana Menteri Inggris Sir John Major, mengatakan jika Gaddafi menggunakan senjata kimia, maka hal itu dapat memicu konflik militer. Ketika ditanya apakah penggunaan senjata kimia tersebut dapat membuat perbedaan dalam pendekatan militer, Sir John mengatakan, "Saya pikir itu akan, dan saya pikir itu harus. Saya ingat waktu itu saat akan mengunjungi pasukan sebelum Perang Teluk pertama. Dari komandan termuda hingga yang paling senior, salah satu bidang perhatian utama adalah bahwa Saddam Hussein akan menggunakan senjata kimia," tuturnya.

"Dia (Gaddafi) tidak, Saya pikir dia mengerti bahwa dunia turun tangan jika ia melakukannya. Dan saya sangat berharap banyak bahwa kondisi yang sama juga dilakukan Kolonel Gaddafi di Libya," tandasnya.

Gas mustard dan sarin dikategorikan sebagai senjata kimia. Tentara Jerman diketahui yang pertama kali yang menggunakan gas mustard dan sarin pada September 1917. Gas mustard dan sarin  merupakan senjata beracun paling mematikan selama Perang Dunia I.

Racun ini berupa gas yang tidak berbau dan berasa, membutuhkan hingga sebelas jam sampai korban tewas. Gas mustard adalah gas yang digunakan di peledak daya ledak tinggi karena kekerasan sifatnya.

sumber : The Telegraph
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement