REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN - Raja Jordania Abdullah telah menunjuk seorang politikus tradisional penting sebagai kepala istana kerajaan yang baru. Penunjukkan itu demi memperbaiki citra takhta itu dengan pusat kekuasaan suku utamanya, demikian beberapa orang dalam istana mengatakan, Rabu (3/3).
Khalid Karaki, seorang bekas penasehat istana kerajaan dan juga tokoh kesusasteraan yang memimpin Jordan University milik negara, akan menggantikan Nasser Lozi, seorang bekas menteri yang cenderung liberal dengan mandat bisnis.
Pengalaman Karaki dalam politik suku dan melibatkan kelompok-kelompok politik dianggap sebagai aset bagi raja yang didikan-Barat itu. Raja Andullah sekarang ini sedang menghadapi tuntutan-tuntutan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari kelompok-kelompok suku, Islam dan liberal yang bersaing untuk mengekang kekuasaan eksekutifnya.
Istana sebetulnya adalah sekretariat bagi raja itu, yang memegang sebagian besar kekuasaan esksekutif di Jordania. Ia menunjuk kabinet, menyetujui undang-undang dan dapat membubarkan parlemen.
Demonstrasi di Jordania yang diilhami oleh pergolakan di tempat lainnya di dunia Arab telah membuat lebih banyak orang berani berbicara secara terbuka. Mereka menyuarakan masalah yang sebelumnya tabu, seperti peran monarki pada masa depan dan mengkritik sikap Abdullah yang dirasakan dari keprihatinan rakyat.
Tapi tidak seperti tuntutan penghentian pemimpin yang telah lama berkuasa, demonstran di Jordania lebih fokus terhadap pengadaan pemilihan yang bebas sekaligus perang atas korupsi. Istana masih dianggap sebagai kekuatan yang menyatukan sekaligus wasit di antara suku-suku dan mayoritas Palestina yang bersaing.
Beberapa pengamat mengatakan pilihan atas Karaki adalah langkah terakhir raja untuk menggalang dukungan di antara suara-suara gelisah dari dalam suku-suku yang berpengaruh. Suku-suku tersebut adalah tulang punggung dukungan tradisionalnya dan yang mendominasi pasukan keamanan dan militer.
Dalam beberapa hari belakangan ini, Raja Abdullah telah meningkatkan kunjungan yang mencolok ke daerah-daerah pedesaan terpencil Jordania. Kawasan tersebut banyak mengalami tekanan daerah-daerah masyarakat Badui menghadapi kesulitan ekonomi serta tingkat pengangguran yang tinggi. Kunjungan itu untuk mendengarkan keluhan-keluhan lokal dari tangan pertama.