Rabu 09 Mar 2011 07:39 WIB

Konflik di Pantai Gading, Ratusan Ribu Orang Mengungsi

Situasi krisis di Pantai Gading pascapemilu
Foto: AP
Situasi krisis di Pantai Gading pascapemilu

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Diperkirakan 450.000 orang telah meninggalkan rumah mereka akibat konflik yang meningkat di Pantai Gading. Di antara pengungsi ermasuk puluhan ribu yang melarikan diri ke Liberia, badan-badan bantuan mengatakan, Selasa (8/3).

Di ibukota Pantai Gading, Abidjan, sekitar 300.000 orang terlantar. Sebagian besar karena pertempuran antara pasukan-pasukan yang bersaing di disrik Abobo, jelas badan pengungsi PBB.

Pinggiran kota Abidjan telah diperintah oleh gerilyawan yang mendukung Alassane Ouattara, pemenang pemilihan presiden November lalu yang disahkan oleh PBB.

Laurent Gbagbo, penjabat presiden yang kalah dalam pemilihan dan menolak mundur, telah bergerak untuk mengambil sektor cokelat ke tangan negara. Konflik itu memicu peringataka akan pasokan penanam cokelat utama dunia itu.

"Keterlantaran di Pantai Gading telah mencapai proporsi yang mengkhawatirkan," kata Jemini Pandya, jurubicara Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

Kebutuhan kemanusiaan dan perlindungan di negara itu meningkat cepat, kata Adrian Edwards dari Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). "Laporan tetap bahwa tentara bayaran Liberia akan masuk untuk ikut pertempuran telah meningkatkan ketidakpercayaan," ia menambahkan.

Sekitar 70.000 orang Pantai Gading juga terlantar di dalam negeri, di bagian barat, setelah melarikan diri dari pertempuran di sana, menurut jurubicara itu.

IOM yang bermarkas di Jenewa, yang bekerja dengan PBB dan satu-satunya badan bantuan yang masih beroperasi di barat, telah menarik staf internasionalnya dari Douekoue dan Giglo, Selasa, karena ketidakamanan, kata Pandya.

"Jumlah orang Pantai Gading yang malarikan diri ke Liberia timur juga meningkat secara dramatis," kata Edwards. Sekitar 75.000 pengungsi Pantai Gading telah terdaftar sejauh ini di Liberia, separuh dari mereka dalam 10 hari terakhir.

"Aliran tiba-tiba itu menimbulkan ketegangan sangat besar pada masyarakat setempat dan organisasi bantuan untuk membantu," katanya. Timbul masalah menyangkut sanitasi dan air yang kritis di Buutuo Town, ibukota daerah Nimba di Liberia timur. Kasus diare dan malaria, dan juga kekurangan makanan tercatat di sana, kata jurubicara UNHCR itu.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement