Jumat 03 Mar 2023 11:27 WIB

Guinea dan Pantai Gading Pulangkan Warganya dari Tunisia

Diperkirakan 21.000 migran dari Afrika sub-Sahara tinggal di Tunisia pada 2021.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Imigran Afrika di Laut Mediterania. (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Rene Rossignaud
Imigran Afrika di Laut Mediterania. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CONAKRY -- Guinea dan Pantai Gading sedang memulangkan warganya dari Tunisia, setelah pemimpin otoriter negara itu menyerukan tindakan keras terhadap para migran dari Afrika sub-Sahara. Menteri Luar Negeri Guinea, Morissanda Kouyate ikut dalam penerbangan sewaan yang membawa pulang 49 warga Guinea ke Conakry pada Rabu (2/3/2023) malam.

Sementara 81 warga lainnya masih menunggu penerbangan tambahan. Kouyate mengatakan, warga Guinea yang berada di Tunisia dalam keadaan sulit.

Baca Juga

“Rekan kami di Tunisia, kami menemukan bahwa beberapa dari mereka telah kehilangan harapan. Saya bertemu mereka dalam kondisi sulit," ujar Kouyate.

Seorang ibu dari tiga anak, Mamaaissata Sacko, mengatakan, keluarganya telah diserang dan hidup dalam ketakutan di Tunisia. Sacko mengungkapkan bahwa dia kerap dilempari batu ketika keluar rumah untuk membeli makanan. 

“Kami tidak keluar untuk membeli makanan. Segera setelah Anda keluar, mereka melempar Anda dengan batu. Mereka berkata, 'Pergi. Pulanglah. Tunisia hanya untuk orang Tunisia.' Saya dan anak-anak saya tidak makan selama dua hari," kata Sacko yang ikut dalam rombongan pesawat sewaan. 

Sementara itu, Pemerintah Pantai Gading mengatakan, sekitar 500 warga Pantai Gading telah menyatakan minatnya pada penerbangan repatriasi yang akan dioperasikan oleh maskapai nasional Air Cote d'Ivoire. Tunisia telah lama menjadi tujuan migran dari Afrika Barat karena bahasa Prancis yang banyak digunakan dan kedekatan Afrika Utara dengan Eropa. 

Diperkirakan 21.000 migran dari Afrika sub-Sahara tinggal di Tunisia pada 2021. Sebagian besar migran masuk dari Aljazair dan Libya.

Bulan lalu Presiden Tunisia Kais Saied mengatakan, langkah-langkah mendesak diperlukan untuk mengatasi masuknya imigran gelap dari negara-negara sub-Sahara. Dia memerintahkan tanggapan cepat melalui saluran diplomatik, keamanan, front militer dan penerapan hukum yang ketat pada orang asing.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement