Jumat 18 Mar 2011 12:22 WIB

Curhat Pekerja PLTN Fukushima: Tolong Dukung, Kami Tak Akan Lari!

Pekerja PLTN Fukushima mengenakan pakaian pelindung sebelum masuk ke area pabrik
Foto: AP
Pekerja PLTN Fukushima mengenakan pakaian pelindung sebelum masuk ke area pabrik

REPUBLIKA.CO.ID, FUKUSHIMA - Angkat topi untuk para pekerja Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)  Fukushima yang kini bermasalah.  Mereka, kelompok pekerja  di Tokyo Electric Power Co (Tepco), yang menjalankan PLTN Fukushima No 1 satu suara untuk tetap berkarya yang terbaik bagi tempat mereka bekerja dan negaranya. Mereka kini tengah sibuk  mendinginkan pembangkit nuklir dan menghindari kehancuran.

Michiko Otsuki -- pekerja perempuan di Tepco -- telah menulis di blog-nya, menyuarakan apa yang ada di benaknya dan rekan-rekannya yang selama ini memilih diam.

Dia telah dikutip sedikit di beberapa laporan bahasa Inggris di luar negeri namun The Straits Times Online melacak dan menterjemahkan blog itu untuk mengetahui cerita lengkap ketika ia pertama kali memposting opininya di situs jejaring sosial populer Jepang, Mixi.

Namun pada hari Kamis, posnya sudah diturunkan, tetapi masukan tersebut telah direproduksi oleh beberapa blog online di forum bahasa Jepang.

 Otsuki adalah salah satu dari 800 karyawan yang dievakuasi dari lokasi PLTN pada hari Senin, meninggalkan 50 pekerja di belakang untuk melawan krisis nuklir.

'Orang-orang telah menyalahkan Tepco," katanya. "Tapi staf Tepco menolak untuk melarikan diri, dan terus bekerja bahkan saat bahaya mengancam kehidupan mereka sendiri. Tolong berhenti menyerang kami."

Tepco, yang memasok listrik untuk Tokyo, merupakan salah satu pemain utama dalam dunia tenaga nuklir Jepang. Namun kredibilitasnya tercoreng karena musibah itu.

Perdana Menteri Naoto Kan, sempat berang saat  ledakan seperti yang dilaporkan televisi setempat tidak dilaporkan ke kantor Perdana Menteri. Kan dikabarkan sangat marah akibat insiden itu.

Namun, posting blog Otsuki memberikan informasi tentang apa yang dilakukan para pekerja  - sekarang dijuluki Fukushima 50 - yang bekerja di garis depan untuk menghentikan krisis nuklir dari meningkatnya risiko efek radiasi. Dalam kasus yang paling parah, radiasi bisa mengakibatkan risiko terserang penyakit kanker, atau bahkan kematian.

'Sebagai seorang pekerja di Tepco dan anggota tim reaktor  Fukushima nomor 2 , aku sedang berhadapan dengan krisis di TKP sampai kemarin (Senin). "

'Anda tahu, di tengah alarm tsunami (Jumat lalu), pukul 03.00 dini hari hari ketika kita tidak bisa memilih lagi kemana akan pergi, kami terus bekerja untuk memulihkan reaktor dari tempat kami, tepat di laut, dengankenyataan bahwa ini bisa menjadi kematian," tulisnya.

"Mendinginkan reaktor, kita hanya mengandalkan lautan, dan itu telah hancur oleh tsunami. Setiap orang bekerja mati-matian untuk mencoba dan mengembalikannya. Memerangi kelelahan dan perut kosong, kita terus bekerja tanpa henti. "Ada banyak dari kami yang belum  dapat berhubungan dengan anggota keluarga (apakah mereka selamat atau tidak), tetapi tetap menghadapi situasi sekarang dan bekerja keras."

Setengah putus asa, ia juga menulis, "Harap diingat bahwa saya ingin pesan ini mencapai bahkan hanya satu orang saja. Semua orang di pembangkit listrik sedang berjuang, kami tidak melarikan diri. Untuk semua penduduk (sekitar PLTN) yang telah cemas dan khawatir, saya benar-benar, sangat menyesal."

Tentang penyebutan jati dirinya, ia menulis: "Saya menulis nama saya, tahu saya akan tersiksa dan terluka karena ini. Ada orang yang bekerja untuk melindungi semua dari Anda, bahkan dalam pertukaran dengan kehidupan mereka sendiri. 'Menonton rekan kerja saya menempatkan kehidupan mereka di garis depan tanpa mempedulikan keselamatan diri mereka sendiri, saya bangga menjadi anggota Tepco, dan anggota tim di di belakang reaktor Fukushima No 2. Saya berharap untuk kembali ke pabrik dan bekerja pada pemulihan reaktor."

sumber : The Straits Times
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement