Jumat 19 Oct 2018 16:11 WIB

Ancaman Indonesia untuk Australia Bocor ke Publik

Ancaman Indonesia untuk Australia terkait pemindahan kedubes ke Yerusalem.

Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri Indonesia  Retno Marsudi memberikan keterangan usai mengadakan pertemuan bilateral di  gedung Pancasila Kementrian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (16/10).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi memberikan keterangan usai mengadakan pertemuan bilateral di gedung Pancasila Kementrian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Pekan ini, Indonesia menyampaikan ancaman ke Australia setelah PM Scott Morrison melontarkan kemungkinan memindahkan Kedubes Australia di Israel ke Jerusalem. Ancaman itu jelas tersirat dan bocor ke publik.

Isi ancaman yang kini sudah terbuka itu, yaitu bahwa hubungan kedua negara bisa saja rusak akibat isu tersebut. Juru bicara Deplu RI Arrmanatha Nashir menolak merinci sektor-sektor mana saja yang akan terpengaruh. Namun dia memastikan pasti akan ada dampaknya.

"Yang bisa saya jamin yaitu bahwa masalah Palestina ini sangat penting bagi bangsa dan rakyat Indonesia," katanya.

"Tentu saja kami akan menyesuaikan kebijakan atau tindakan kami, tergantung pada situasinya. Namun saya tak akan memprediksi atau memutuskan tindakan apa yang akan kami ambil," ujarnya.

Dalam termonologi diplomatik, bisa disebut sebagai bahasa yang tegas. Namun tampaknya tak setajam pesan WA antara Menlu Retno Marsudi dan Menlu Marise Payne, yang tegas menyatakan isu kedutaan ini, "akan menampar wajah Indonesia" dan, "akan mempengaruhi hubungan bilateral".

Bocoran isi pesan WA tersebut, pertama kali ditayangkan di stasiun TV Channel Seven, menyebabkan Dubes Australia Gary Quinlan dipanggil kedua kalinya dalam tiga hari oleh Kemenlu RI untuk dimintai penjelasan.

Pemanggilan Dubes Quinlan yang pertama terkait dengan pernyataan PM Morrison bahwa dia "terbuka" untuk memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Jerusalem. Seorang sumber ABC menjelaskan bahwa Indonesia kini mempertimbangkan untuk menunda negosiasi tahap akhir perjanjian perdagangan bebas dengan Australia.

Kemungkinan ini ditepis oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Namun kini kerja sama militer Indonesia dengan Australia di masa depan juga menjadi pertanyaan terbuka.

Menanggapi pertanyaan ABC tentang isu tersebut, juru bicara Kementerian Pertahanan Indonesia, Brigjen Totok Sugiharto, memberikan jawaban melalui pesan tertulis.

"Untuk saat ini komitmen kerja sama pertahanan akan terus berlanjut," katanya.

Namun, dia meneruskan bahwa: "Hal itu akan bisa ditinjau di masa depan apakah kerja sama ini bermanfaat bagi kedua belah pihak," katanya.

Tentu saja ini bisa dilihat sebagai pukulan diplomatik lainnya yang diarahkan ke Australia. Hal itu terjadi justru di saat Australia semakin memerlukan kerja sama dengan negara tetangganya untuk menahan ekspansi militer Cina di wilayah ini, pukulan diplomatik ini tampaknya akan menimbulkan guncangan besar.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-10-19/ancaman-indonesia-ke-australia-terkait-isu-palestina-kini-sudah/10395978
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement