Selasa 11 Aug 2015 13:09 WIB

Telepon Pintar dan Internet Mudahkan Mahasiswa Curang dalam Ujian

Laporan menyebutkan kecurangan akademis termasuk tindakan plagiat, kolusi, mengdaur ulang tulisan orang lain, atau meminta orang lain menulis laporan.
Foto: afp
Laporan menyebutkan kecurangan akademis termasuk tindakan plagiat, kolusi, mengdaur ulang tulisan orang lain, atau meminta orang lain menulis laporan.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Sebuah laporan University of Sydney mengenai kecurangan yang dilakukan di dunia akademis menyebutkan internet dan telepon pintar membuat mahasiswa semakin mudah melakukan kecurangan dalam ujian.

Laporan itu dibuat menyusul penyelidikan untuk menemukan cara mencegah kecurangan dan ketidakjujuran di kalangan mahasiswa di universitas.

Gugus Tugas Plagiat dan Pelanggaran Akademis melakukan beberapa penyelidikan selama Mei dan Juni 2015, termasuk melakukan wawancara dengan perwakilan dari 16 fakultas di University of Sydney.

"Masalah kecurangan dalam ujian bukan hal yang remeh. Penyelidikan mengenai ujian pilihan ganda di universitas menunjukkan adanya tingkat kecurangan sebanyak lima persen." kata laporan tersebut.

Laporan juga mengatakan media sosial membantu mahasiswa mencuri bahan ujian dan jawabannya dengan cepat, dengan beberapa kasus telah dilaporkan terjadi di sana.

"Adanya kebocoran soal karena komputer sering terjadi, dan soal ujian yang tidak pernah diubah harus dianggap bahan-bahan itu akan tersedia bagi publik kebanyakan."

Penulis laporan mengatakan pengawas ujian mesti lebih tegas, peralatan yang digunakan disita, dan meminta dicarinya solusi guna mencegah mahasiswa yang minta ijin ke toilet padahal sedang mencari jawaban dari internet.

Laporan University of Sydney ini juga mengkaji bentuk pelanggaran dan ketidakjujuran lain seperti surat dokter palsu, dan cara lain untuk mendapatklan perhatian khusus.

"Ini bisa terjadi dalam hubungannya dengan penugasan, namun masalah utama terletak pada ujian, dimana mahasiswa yang ikut ujian tiba-tiba mengatakan sakit dan meminta ujian ulangan." kata laporan tersebut.

"Surat dokter itu dibuat dengan niat baik oleh dokter, namun pihak fakultas tidak bisa melakukan apapun, meski curiga sebenarnya mahasiswa tidaklah sakit. Bahkan ada kasus dimana surat dokter ini palsu atau bahkan dijualbelikan."

Laporan juga menyebutkan mengenai bentuk ketidakjujuran akademis diantaranya adalah tindakan plagiat, kolusi, mendaur ulang tulisan orang lain atau membayar orang lain untuk menulis laporan.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-08-11/smartphones-dan-media-sosial-bantu-mahasiswa-curang-dalam-ujian/1480120
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement