Selasa 06 Nov 2018 15:16 WIB

Puluhan Akun Facebook dan Instagram Dihapus Jelang Pemilu AS

Akun media sosial dihapus karena dinilai berpotensi menganggu jalannya pemilu.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Facebook
Foto: EPA
Facebook

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Facebook telah menghapus puluhan akun di jejaring sosial Facebook dan Instagram, pada Senin (5/11) malam, beberapa jam sebelum pemilu paruh waktu diselenggarkan di Amerika Serikat (AS). Penghapusan itu dilakukan setelah penegak hukum AS memberi tahu adanya akun-akun mencurigakan yang berpotensi mengganggu jalannya pemilu.

"Pada Ahad malam, penegak hukum AS menghubungi kami mengenai aktivitas daring yang baru-baru ini mereka temukan dan yang mereka yakini mungkin terkait dengan entitas asing," kata Nathaniel Gleicher, kepala keamanan siber Facebook, dalam sebuah pernyataan, dikutip CNN.

Perusahaan tersebut telah menghapus 30 akun Facebook dan 85 akun Instagram.

"Hampir semua akun Facebook yang terkait dengan ini muncul dalam bahasa Prancis atau Rusia, sementara akun-akun Instagram tampaknya sebagian besar berbahasa Inggris. Beberapa berfokus pada selebriti, dan yang lain fokus pada perdebatan politik," tulis Gleicher.

"Begitu kami tahu lebih banyak - termasuk apakah akun-akun ini terkait dengan Badan Riset Internet yang berbasis di Rusia atau entitas asing lainnya - kami akan memperbarui informasi ini," ujarnya.

Sebuah pernyataan bersama yang dirilis pada Senin (5/11) oleh Menteri Keamanan Dalam Negeri Kirstjen Nielsen, Jaksa Agung Jeff Sessions, Direktur Intelijen Nasional Dan Coats, dan Direktur FBI Christopher Wray memperingatkan, sementara tidak ada indikasi bahwa sarana pemilihan di Amerika - mesin pemungutan suara, misalnya - telah dipengaruhi oleh asing.

"Amerika harus sadar bahwa aktor asing - dan Rusia khususnya - terus berusaha mempengaruhi sentimen publik dan persepsi pemilih melalui tindakan yang dimaksudkan untuk menabur perselisihan," kata pernyataan itu.

"Mereka dapat melakukan ini dengan menyebarkan informasi palsu tentang proses politik dan kandidat, berbohong tentang aktivitas interferensi mereka sendiri, menyebarkan propaganda di media sosial, dan melalui taktik lain," kata pernyataan tersebut.

Baca: Imigran AS Ingin Tentukan Nasib Lewat Pemilu Paruh Waktu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement