Sabtu 23 Mar 2019 11:05 WIB

Keluarga WNI Korban Tragedi Christchurtch Diberangkatkan ACT

Keluarga WNI korban tragedi Christchurch akan tiba di Selandia Baru hari ini.

Yusni (71) memperlihatkan foto anaknya Zulfirmansyah, salah seorang korban penembakan di Selandia Baru, di kediamannya di Padang, Sumbar, Sabtu (16/3/2019).
Foto: Antara/Muhammad Arif Pribadi
Yusni (71) memperlihatkan foto anaknya Zulfirmansyah, salah seorang korban penembakan di Selandia Baru, di kediamannya di Padang, Sumbar, Sabtu (16/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga Zulfirman Syah, WNI yang terluka akibat penembakan massal di Selandia Baru, telah diberangkatkan ke negara tersebut untuk mendampinginya hingga pulih. Empat orang keluarga Zulfirman dengan dikawal tiga orang dari organisasi kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) diperkirakan tiba di Kota Christchurch, Selandia Baru, Sabtu (23/3).

"Pihak keluarga akan berada di Christchurch guna mendampingi Pak Zul sampai pulih. Sedangkan dari pihak ACT, di samping membesuk Pak Zul, mereka juga akan melakukan kunjungan ke beberapa pihak dari pemerintah," kata Duta Besar RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya saat dihubungi Antara di Jakarta, Sabtu.

Baca Juga

Tantowi menjelaskan bahwa keberangkatan keluarga Zulfirman ke Selandia Baru difasilitasi oleh ACT yang bergerak atas nama kemanusiaan. Sementara pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri RI dan Kedutaan Besar Selandia Baru di Jakarta membantu mempercepat proses penyiapan dokumen perjalanan dan visa.

"Kami selaku perwakilan pemerintah senantiasa siap memberikan bantuan dalam batas-batas kemampuan kami," ujar Tantowi.

Hingga kini, Zulfirman dan putranya yang ikut menjadi korban dalam serangan teror di  masjid di Kota Christchurch, 15 Maret lalu, masih dirawat di Christchurch Public Hospital. Zulfirman yang bekerja sebagai seniman dan putranya yang baru berusia dua tahun ditembak saat sedang melaksanakan shalat Jumat di Masjid Linwood, salah satu target serangan selain Masjid Al Noor.

Selain Zulfirman, seorang WNI bernama Muhammad Abdul Hamid alias Lilik Abdul Hamid (58) diketahui meninggal dunia akibat insiden berdarah tersebut.

Jumat (22/3) lalu menandai hari berkabung nasional untuk para korban serangan teror Selandia Baru, di mana ribuan warga berkumpul di Hagley Park, dekat Masjid Al Noor. Selandia Baru menyiarkan suara azan, diikuti dengan dua-menit hening, dalam upacara memperingati sepekan sejak serangan Christchurch yang mengakibatkan 50 korban tewas dan puluhan orang lainnya terluka.

Dalam pidato yang ditujukan bagi komunitas Muslim dalam acara peringatan tersebut, Perdana Menteri Jacinda Ardern menyatakan, "Selandia Baru berduka bersama Anda, kita adalah satu."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement