Ahad 07 Apr 2019 14:40 WIB

Ulama Muslim India Bersatu, Bangun Barisan Lawan BJP

Pertemuan dihadiri oleh berbagai ulama dari Suni, Tabglih, Syiah hingga Wahabi.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Teguh Firmansyah
Pendukung Partai BJP (Bharatiya Janata Party).
Foto: Reuters/Ahmad Masood
Pendukung Partai BJP (Bharatiya Janata Party).

REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Sekitar 700 ulama dan cendekiawan Muslim dari daerah pemilihan North-West, India berkumpul. Mereka berasal dari Andheri, Jogeshwari, dan Goregaon berkumpul untuk menentukan arah dukungan komunitas Muslim dalam pemilihan umum (pemilu).

Seperti dilansir di Times of India pada Sabtu (6/4), pertemuan berbagai komunitas Muslim seperti, Suni, Tablighi, Syiah, Bohra, Wahhabi, Deobandi Barelvi sangat jarang terjadi. Pertemuan itu menekankan pentingnya mengalahkan Partai Bharatiya Janata (BJP), yang saat ini berkuasa.

Baca Juga

Karena itu, komunitas Muslim sepakat memilih partai-partai sekuler untuk mempertahankan hak-hak minoritas, seperti yang dijamin oleh Konstitusi India.

Organisasi Khidmad menjadi penyelenggara pertemuan yang berlangsung di Jogeshwari. Organisasi Khidmat didirikan mantan anggota Kongres Mohsin Haider dan istrinya, Maher.

“Ini belum pernah terjadi sebelumnya, ulama dari semua sekte berkumpul dalam satu platform,” kata Haider.

Dia mengatakan, saat ini ada kebutuhan mendesak untuk memerangi kekuatan komunal yang menyebarkan gagasan palsu bahwa Muslim antinasional. BJP bersama aliansinya memenangi pemilihan umum pada 2014 lalu. Kemenangan BJP mengantarkan Narendra Mode menjadi perdana menteri.

Kandidat kongres untuk Majelis North-West Sanjay Nirupam memulai pidato dengan mengulangi pernyataan tidak menyenangkan dari anggota Parlemen BJP Sakshi Maharaj. Menurut dia, pernyataan itu mengatakan bahwa BJP tidak akan mengakui pemilihan atau menangguhkan konstitusi.

Karena itu, dia menekankan pemilihan umum menjadi jalan menyelamatkan bangsa. “Kita harus mengesampingkan semua perbedaan dan mencapai titik temu untuk menjaga nilai-nilai yang menjaga bangsa ini selama70 tahun,” ujar Nirupam.

Sementara ulama dan cendekiawan Muslim mengamini bahwa konsep kebangsaan dalam kondisi bahaya. “Tepat dari Ghadar (pemberontakan) 1857, para ulama kita syahid di jalan India. Mereka tidak berjuang untuk Muslim saja, mereka menumpahkan darah untuk semua orang India,” kata salah satu pembicara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement