Rabu 22 May 2019 14:54 WIB

Penulisan Nama Pejabat Jepang di Media Ternyata Keliru

Penulisan nama orang Jepang dimulai dengan nama keluarga terlebih dahulu.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
PM Jepang Shinzo Abe
Foto: Reuters
PM Jepang Shinzo Abe

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Menteri Luar Negeri Jepang, Kono Taro meminta organisasi media internasional untuk menuliskan nama-nama pejabat Jepang dengan benar. Dia mengatakan, penulisan nama orang Jepang semestinya dimulai dengan nama keluarga terlebih dahulu.

Selama ini nama menteri luar negeri Jepang kerap ditulis Taro Kono. Padahal semestinya adalah Kono Taro. Dia mengatakan, media asing harus mengikuti praktik yang sama ketika membuat laporan berita tentang Jepang maupun negara Asia lainnya, di mana secara tradisional nama keluarga didahulukan kemudian diikuti dengan nama pemberian. Dia mencontohkan, penulisan nama perdana menteri Jepang semestinya Abe Shinzo, bukan Shinzo Abe.

Baca Juga

Beberapa orang melihat, permintaan itu sebagai bagian dari sebuah gerakan untuk menunjukkan kepercayaan yang tumbuh pada budaya dan sejarah Jepang. Apalagi, Jepang kini sedang menjadi sorotan internasional untuk menjadi tuan rumah KTT G20, diikuti oleh Rugby World, dan Olimpiade 2020. Kono menyarankan, perubahan penulisan nama tersebut diperkenalkan dalam KTT G20 pada akhir Juni mendatang.

"Saya meminta organisasi media internasional untuk melakukan ini," kata Kono dilansir The Guardian, Rabu (22/5).

Kono menambahkan, media domestik dengan layanan berbahasa Inggris juga harus mempertimbangkan untuk mengadopsi perubahan tersebut. Kono menyatakan keinginannya untuk mempromosikan perubahan tersebut. Kementarian Luar Negeri Jepang mulai menerapkan penulisan nama yang benar dalam dokumen resmi. 

Menteri Pendidikan, Masahiko Shibayama mendukung perubahan tersebut. Dia mengatakan, pekan ini pihaknya akan merekomendasikan pengembalian ke sistem Jepang di antara badan-badan publik, lembaga pendidikan dan media. Shibayama mengutip sebuah laporan 2000 oleh dewan bahasa nasional kementerian yang merekomendasikan perubahan penulisan nama tersebut. 

"Itu mencerminkan rasa hormat terhadap keanekaragaman budaya di antara berbagai negara," ujar Shibayama kepada Yomiuri Shimbun. 

Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga mengatakan, perubahan penulisan nama tersebut dapat menimbulkan masalah baru. "Kami harus mempertimbangkan banyak faktor, termasuk konvensi," ujarnya. 

Penulisan surename atau nama pemberian terlebih dahulu telah menjadi hal umum yang digunakan dalam buku teks berbahasa Inggris untuk siswa sekolah menengah. Permintaan Kono tersebut dapat menjadi kendala bagi perusahaan Jepang dengan kehadiran global yang kuat. Misalnya saja Uniqlo, Honda, dan Rakuten semuanya telah mengadopsi urutan nama barat untuk literatur perusahaan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement