Selasa 03 Mar 2015 21:04 WIB

Sistem Baru Pelacakan Antisipasi Hilangnya Pesawat

Rep: c65/ Red: Ani Nursalikah
 Sistem pelacakan pesawat baru ini merespon kasus hilangnya pesawat MH370 sekitar satu tahun yang lalu.
Foto: abc news
Sistem pelacakan pesawat baru ini merespon kasus hilangnya pesawat MH370 sekitar satu tahun yang lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Beban seberat 230 ribu kilogram dengan panjang setara dengan enam bus sekolah merupakan gambaran tepat untuk Boeing 777-200ER. Namun, hampir satu tahun sejak pesawat MH370 menghilang, tidak ada satupun puing yang mampu ditemukan tim pencari.

Hilangnya pesawat yang membawa 239 penumpang dan awak itu menjadi misteri terbesar penerbangan. Pelacakan satelit mungkin menjadi cara menemukan pesawat yang hilang. Namun satelit tersebut tidak diaktifkan dalam perjalanan.

Kini, pengawas penerbangan memiliki rencana melacak pesawat jauh lebih sering yang akan diterapkan akhir 2016.

Namun, penggunaan sistem baru ini juga memiliki kendala. Sebab, otoritas penerbangan setiap harinya akan menerima kabar dari sebanyak 90 ribu penerbangan di seluruh dunia. Hal ini jelas akan terlalu mahal terutama untuk negara-negara berkembang.

Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) di bawah PBB menguraikan persyaratan pelacakan baru bulan lalu. Pemungutan suara secara resmi diharapkan pada November.

Regulator lalu lintas udara tiap negara nantinya harus menerima dan melaksanakan pelacakan hari itu. Australia, Indonesia dan Malaysia baru saja mengumumkan kesediaannya menjadi salah satu negara pertama yang menguji sistem pelacakan tersebut.

Namun, dalam 15 menit pesawat dapat melakukan perjalanan lebih dari 250 kilometer. "Kami membuat kemajuan, tapi tidak benar-benar melakukan sesuatu," kata Ernest S. Arvai, mitra konsultan penerbangan Airlnsight, Selasa (3/3).

Untuk itu, ada tahap kedua yang kini diusulkan. Ernest mengatakan setiap pesawat dengan 19 kursi atau lebih yang dibuat setelah 2020 akan mengirimkan lokasi pesawat secara otomatis tiap menit jika pesawat menyimpang dari rute yang seharusnya.

Begitu juga jika pesawat mendadak terbang tinggi atau rendah atau bila terdeteksi adanya api. Satu yang terpenting, pilot tidak bisa menonaktifkan sistem.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement