Rabu 10 Jun 2015 02:21 WIB

Perempuan 102 Tahun Ini Akhirnya Raih Gelar PhD

Rep: c39/ Red: Dwi Murdaningsih
Wisuda lulusan Perguruan Tinggi.    (ilustrasi)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Wisuda lulusan Perguruan Tinggi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Seorang wanita Jerman berusia 102 tahun telah menjadi orang tertua di dunia yang diberikan gelar doktor pada hari Selasa (9/6). Dia harus menunggu selama hampir 80 tahun sejak Nazi mencegahnya untuk mengikuti ujian terakhirnya.

Ingeborg Rapoport (Syllm) menyelesaikan studi di bidang medisnya pada tahun 1937. Dia menulis tesis doktornya tentang Difteri, yaitu penyakit menular mematikan yang menyerang saluran pernafasan bagian atas (tonsil, faring dan hidung) yang menjadi masalah serius di Jerman pada saat itu. Tapi, karena penindasan Nazi, dia harus menunggu hampir delapan dekade sebelum diberikan gelar PhD.

Ibunya adalah seorang pianis Yahudi. Jadi, di bawah undang-undang ras anti-Semit Adolf Hitler, Ingeborg ditolak untuk mengikuti ujian lisan akhirnya. Dia mendapatkan surat dari Hamburg Universitas bahwa ia akan menerima gelar doktor, "Hukum yang berlaku tidak melarang Syllm untuk mengikuti ujian doktor karena faktor keturunan,” begitu isi dalam surat tersebut.

Sekarang, pihak Universitas telah menetapkan mana yang benar dan mana yang salah. Tiga profesor dari fakultas kedokteran Universitas Hamburg sudah mendatangi kediaman Ingeborg di Berlin timur untuk menguji penelitiannya yang telah ia tulis sebelum perang Jerman. Ingeborg Rapoport mengatakan dia sangat gugup karena dirinya diuji oleh akademisi Universitas Hamburg.

"Ini adalah tentang prinsip, Saya tidak ingin mempertahankan tesis saya demi saya sendiri. Setelah semua, pada usia 102 ini tidak benar-benar mudah bagi saya. Saya melakukannya untuk para korban (Nazi)," kata nenek itu seperti dilansir BBC.

Dalam mempersiapkan ujiannya, sekitar bulan lalu Ingeborg meminta teman untuk membantu penelitiannya secara online tentang bagaimana perkembangan difteri selama 80 tahun terakhir. "Universitas ingin memperbaiki ketidakadilan. Mereka sangat sabar, dan untuk itu saya bersyukur," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement