Selasa 11 Jul 2017 18:50 WIB

Mengenang 22 Tahun Pembantaian Sebrenica

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Ani Nursalikah
Makam para korban perang Bosnia antara tahun 1992-1995 di dekat kota Srebrenica
Foto: Reuters
Makam para korban perang Bosnia antara tahun 1992-1995 di dekat kota Srebrenica

REPUBLIKA.CO.ID, SREBRENICA -- Hari ini, 11 Juli 2017 merupakan peringatan 22 tahun untuk tragedi nahas yang menimpa umat Islam, khususnya di kawasan Bosnia, Semenanjung Balkan.

Dilansir dari Evening Standard, Selasa (11/7), ribuan orang berkumpul di Srebrenica untuk memperingati 22 tahun pembantaian laki-laki Muslim. Para kerabat terlihat menangis di atas peti mati hijau yang berjajar menunggu untuk dikubur di antara batu nisan putih di pemakaman di Potocari. Tahun ini, ada 71 korban baru yang teridentifikasi.

Pada 11 Juli 1995 hingga sekitar dua pekan setelahnya pembantaian Sebrenica berlangsung. Sebrenica merupakan sebuah kota di bagian timur Bosnia Herzegovina.

Negara tersebut berpenduduk Muslim dengan jumlah yang signifikan di Benua Eropa.

Laman Forbes, Senin (10/7), mengutip pandangan mantan sekjen PBB Kofi Annan. Pada 2005, Annan menyebut tragedi Sebrenica sebagai kasus pembantaian yang paling buruk sejak Perang Dunia II.

Hanya lima hari sejak 11 Juli 1995, sebanyak 8.372 orang anak-anak dan dewasa dibantai kekuatan Serbia. Di lapangan, para pelaku merupakan laskar Republik Srpska Scorpion di bawah pimpinan Ratko Mladic.

Pembantaian Sebrenica merupakan puncak dari konflik yang mendera Bosnia sejak 1992. Ini juga adalah bagian dari rentetan turbulensi politik dan militer yang mendera Yugoslavia, uni pro-komunisme yang mewadahi delapan negara, termasuk Bosnia Herzegovina sejak akhir PD-II.

Pada 1 Maret 1992, Bosnia Herzegovina menyatakan kemerdekaannya dari Yugoslavia. Sekitar dua bulan kemudian, negara baru ini masuk keanggotaan PBB. Akan tetapi, justru situasi ketegangan antaretnis tidak kunjung reda.

Sebenarnya, sejak April 1993, PBB telah menetapkan kawasan Sebrenica sebagai wilayah proteksi PBB. Hal itu menyusul ketegangan antaretnis di kawasan bekas Yugoslavia itu.

Namun, pada Juli 1995, para tentara penjaga perdamaian dari PBB tidak dapat mencegah masuknya tentara Republik Srpska ke Sebrenica sehingga mereka dapat dengan leluasa menjarah dan membunuh para penduduk sipil yang kebanyakan Muslim itu.

Pada 26 Februari 2007, Mahkamah Internasional menjatuhkan vonis yang antara lain menegaskan pembantaian Sebrenica sebagai sebuah genosida. Sedikitnya, ada 11 orang yang dijatuhi hukuman karena terbukti bersalah. Rentang masa hukuman berbeda-beda tetapi tidak ada yang lebih dari 43 tahun.

Belakangan, setelah lama berkelit, pada 1999 Slobodan Milosevic akhirnya divonis oleh Mahkamah Internasional untuk Negara-negara Bekas Yugoslavia (ICTY). Milosevic terbukti bersalah sebagai penjahat perang terkait perang di Bosnia, Kroasia, dan Kosovo.

Namun, Milosevic keras menyangkalnya. Lima tahun lamanya pengadilan atas diri Milosevic berlangsung. Pada 11 Maret 2006, dia meninggal dunia dalam tahanannya di Den Haag, Belanda karena mengidap serangan jantung.

Dilansir Forbes, Parlemen Eropa telah mengeluarkan resolusi pada 15 Januari 2009 yang mengakui Hari Peringatan Sebrenica. Hal ini mendahului respons dari PBB, yang baru pada 2015 secara resmi mengakui tragedi Sebrenica sebagai sebuah genosida, sekalipun upaya PBB ini diblok oleh Rusia, negeri bekas komunis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement