Selasa 17 Oct 2017 05:56 WIB

2030 Belanda Targetkan tak Gunakan Lagi Energi Batu Bara

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Gita Amanda
Tambang batu bara (ilustrasi)
Foto: Wikipedia
Tambang batu bara (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Demi memenuhi target mengurangi emisi karbon dan gas rumah kaca, Belanda menargetkan tidak lagi menggunakan batu bara sebagai sumber energi dan bahan utama pembangkit listrik pada 2030 mendatang. Hal ini seperti tercantum dalam kesepatan koalisi partai pemenang Pemilu 2017.

Koalisi partai pemenang Pemilu 2017, yang terdiri dari empat partai itu, itu nantinya akan membentuk pemerintahan di bawah kendali Mark Rutte dari Partai Volkspartij voor Vrijheid en Democratie (VVD). Kesepakatan tersebut itu diumumkan pada Selasa (17/10) waktu setempat. Tidak hanya itu, dalam kesepakatan tersebut, Belanda juga melarang penggunaan mobil berbahan bakar bensin dan solar.

 

Seperti dilansir Reuters, kesepakatan untuk tidak lagi menggunakan batu bara sebagai sumber energi itu akan berpengaruh terhadap penutupan lima pembangkit listrik tenaga batu bara di Belanda. Pada 2015, Belanda memang telah membangun lima pembangkit listrik tenaga batu bara. Namun, sepanjang 2016, nilai bisnis dari lima pembangkit tersebut terus menurun. Padahal, Pemerintah Belanda telah menginvestasikan dana jutaan euro untuk membangun lima pembangkit listrik itu.

Hal ini lantaran persaingan dari penggunaan energi terbarukan dan desakan terhadap pemerintah Belanda untuk berkontribusi secara aktif terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca. Jika dibanding dengan negara anggota Uni Eropa, Belanda memang dianggap tertinggal dalam memenuhi target pengurangan emisi karbon dan gas rumah kaca. Selama ini, Belanda diharapkan bisa mengurangi emisi karbon hingga 40 persen.

Lewat target ini, Pemerintah Belanda mendatang berniat untuk mengurangi emisi sebesar 49 persen atau di bawah 1990 pada 2030 mendatang. Dengan menutup pusat pembangkit listrik tenaga batu bara, maka Pemerintah Belanda dapat mengungari sekitar 12 juta ton (Mt) emisi Karbondioksida setiap tahun.

Menurut analis dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis, Gerard Wynn, langkah tersebut menjadi sinyal dramatis untuk pasar listrik di Eropa. ''Artinya, pada saat ini, investasi energi batu bara di Eropa tidak ada yang aman,'' tuturnya seperti dikutip Futurism.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement