Senin 11 Dec 2017 07:54 WIB

Soal Yerusalem, Menlu RI Mulai Galang Dukungan Internasional

Rep: Fira Nursya’bani, Fuji Eka Permana/ Red: Elba Damhuri
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kedua kiri) berbincang dengan Duta Besar Mesir untuk Indonesia Ahmed Amr Ahmed Moawad (kanan) dan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair al-Shun (kedua kanan) serta Dirjen Kerjasama Multilateral Kemenlu Febrian A Ruddyyard (kiri) saat seminar Internasional dan pameran foto Palestina, di Gedung Pancasila, Jakarta, Selasa (5/12).
Foto: Antara/Galih Pradipta
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kedua kiri) berbincang dengan Duta Besar Mesir untuk Indonesia Ahmed Amr Ahmed Moawad (kanan) dan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair al-Shun (kedua kanan) serta Dirjen Kerjasama Multilateral Kemenlu Febrian A Ruddyyard (kiri) saat seminar Internasional dan pameran foto Palestina, di Gedung Pancasila, Jakarta, Selasa (5/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno LP Marsudi bertolak ke Amman, Yordania, untuk melakukan serangkaian kunjungan, Ahad (10/12). Di Amman, ia akan melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Palestina Riyad al-Maliki dan Menlu Yordania Ayman Safadi.

"Perjalanan ini dilakukan untuk memperkokoh perjuangan diplomasi Indonesia untuk Palestina," ujar Menlu Retno dalam rekaman video resmi yang diterima Republika, Ahad. Setelah dari Amman, Retno dijadwalkan akan mengunjungi Istanbul, Turki.

Di Istanbul, ia akan mendampingi Presiden Joko Widodo menghadiri KTT Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada Rabu (13/12) mendatang yang akan membahas mengenai Yerusalem. "Presiden Joko Widodo mengatakan, Indonesia akan selalu bersama dengan Palestina," kata Retno.

Pemberhentian terakhir Retno dalam rangkaian perjalanannya adalah Brussel, Belgia. Di Brussels, ia akan bertemu dengan menlu Uni Eropa untuk memperkokoh dukungan negara-negara barat kepada Palestina.

"Agar (negara barat) tidak mengikuti keputusan Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan untuk tidak memindahkan kedutaannya ke Yerusalem," katanya.

Arab Saudi yang merupakan sekutu AS di Timur Tengah kembali meminta Pemerintah AS membatalkan keputusan memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel ke Yerusalem. Hal tersebut disampaikan Arab Saudi kepada AS pada Sabtu (9/12).

Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir mengatakan, Pemerintah Arab Saudi meminta Pemerintah AS mundur dari keputusannya dan mendukung keinginan internasional untuk mengizinkan rakyat Palestina mendapatkan kembali hak-hak mereka yang sah. Menurut dia, sikap AS merupakan langkah mundur yang signifikan dalam upaya mendorong proses perdamaian ke depan dan terganggunya posisi AS.

"Kami menyerukan kepada masyarakat Internasional untuk mengintensifkan upayanya untuk mendorong proses perdamaian guna mengakhiri konflik bersejarah ini dalam kerangka kerja permanen," kata al-Jubeir dalam sebuah pertemuan para menteri luar negeri Arab di Kairo, dilansir Arab News, Ahad.

Ia melanjutkan, proses perdamaian adalah solusi yang adil dan komprehensif berdasarkan resolusi legitimasi internasional. Selain itu, inisiatif perdamaian Arab mengizinkan rakyat Palestina mengembalikan hak-hak mereka yang sah di negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, juga untuk mewujudkan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di wilayah tersebut dan dunia pada umumnya.

Negara anggota Liga Arab yang menggelar pertemuan di Kairo, Mesir, Sabtu, memutuskan mendeklarasikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina. Hal itu sebagai bentuk penentangan terhadap pengakuan sepihak AS bahwa seluruh wilayah Yerusalem adalah ibu kota Israel.

“Kami menyerukan kepada semua orang untuk mengakui Palestina sebagai sebuah negara dan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” ujar Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul-Gheit.

(Kamran Dikarma, Pengolah: Fitriyan Zamzami).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement