Ahad 28 Jan 2018 19:07 WIB

Harum Nasi di Sudut Gang Kumuh Gaza Palestina

Gang kumuh memiliki arti ekonomi tak ada yang berkembang di wilayah Gaza.

ACT membantu menyalurkan beras untuk warga Gaza, Palestina.
Foto: ACT News
ACT membantu menyalurkan beras untuk warga Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Mobil terpaksa berhenti di muka gang, jalan di kanan kiri menyempit tak muat untuk dimasuki badan mobil. Pilihannya hanya tinggal berjalan kaki, melintasi deretan rumah kumuh. Tak perlu lama memandang, rumah berderet itu nampak jelas punya tembok berwarna kecokelatan kusam, tanda sudah bertahun-tahun tak ada yang berubah, tidak ada bangunan baru.

Tembok di gang yang kusam dan kumuh itu pun punya arti bahwa ekonomi tidak ada yang berkembang di wilayah ini.

Dikutip dari lama ACTNews, hari itu di wilayah Jabalia, bagian Utara Gaza Palestina, di pekan ketiga Januari 2018, seorang mitra relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang bermukim di Gaza punya antrean tugas. Ada beberapa karung beras, juga puluhan kilogram potongan daging-daging ayam yang sudah dimasukkan dalam kantung khusus. Bahan-bahan makanan itu akan dibagikan untuk beberapa keluarga terpilih yang menetap di wilayah kumuh Jabalia.

Sambil memanggul karung beras di pundak kanan, juga menenteng kantung ayam di tangan kanan, Mohammad Najjar, salah satu relawan ACT di Gaza bergegas menyusuri gang kumuh itu. Sepuluh menit berjalan kaki, Muhammad tiba di muka pintu, di salah satu rumah yang telah dipilih sebelumnya oleh Tim ACT.

Gagang dan pintunya dari besi, sudah berkarat di sana-sini. Fatima Abu Jabal, seorang Ibu berusia sekira 30 tahun membuka pintu. Di belakangnya berdiri enam orang anaknya sembari malu-malu. Fatima mempersilakan Muhammad, karung beras dan kantung berisi daging ayam dibawa masuk ke dapur Fatima. Jangan dibayangkan tentang tembok rumah berwarna-warni, di dapur Fatima hanya ada warna kusam, terkelupas dan bekas asap kayu bakar yang membubung.

Fatima dan enam anaknya termasuk satu dari beberapa keluarga yang terpilih di hari itu. Ada pasokan beras dan potongan daging ayam. Amanah dari masyarakat Indonesia untuk mengisi dapur-dapur keluarga Gaza, setidaknya memperbaiki gizi untuk anak-anak yang tinggal di wilayah Gaza Utara.

Fatima lekas mencuci potongan daging, memotong daging ayam itu jadi potongan kecil-kecil. Usai daging siap digoreng, Fatima mengeluarkan beras-beras dari karung, menyiapkan kayu bakar dan tungku tua miliknya. Beras lalu ditanak jadi nasi, persis serupa dengan mengolah nasi di Indonesia. Bedanya hanya satu, beras yang ditanak Fatima dicampur dengan rempah, dan sedikit potongan daging.

“Saya warga Gaza dengan enam orang anak hidup dalam kesulitan ekonomi karena perang dan blokade. Alhamdulillah, ACT dan Indonesia hari ini membantu kami mendapat makanan dengan mengirim beras hari ini,” kata Fatima.

Beras yang jadi bahan pangan warga Gaza

Di dalam dapur yang kusam, Fatima melanjutkan urusan masaknya. Sementara enam orang anaknya menatap kosong, perut mereka mungkin sudah sangat lapar, menunggu nasi matang.

“Nasi ini sangat penting bagi anak-anak saya yang masih kecil. Saya di sini sangat membutuhkan pasokan makanan bergizi untuk enam orang anak saya. Daging ayam dan beras sangat berharga untuk kami. Kalau ada uang untuk membeli lauk daging, seringkali kami hanya mampu membeli potongan ceker ayam, bukan dagingnya,” tutur Fatima.

Siang itu, di pekan ke-tiga Januari 2018, keluarga Fatima santap melahap nasi dan daging ayam. Selagi harum nasi masih membubung, Najjar dan Tim ACT yang bertugas di Jabalia izin pamit untuk melanjutkan aksi di rumah-rumah lain. Ada beberapa keluarga lain di sekitar Jabalia yang mendapat kesempatan serupa seperti Fatima, sekarung beras dan beberapa kilogram daging ayam untuk santap siang penuh gizi.

Bambang Triyono dari Global Humanity Response (GHR) Aksi Cepat Tanggap menjelaskan, bahwa bulir-bulir beras pun menjadi salah satu makanan pokok di Palestina, baik di Gaza maupun di Yerusalem, Tepi Barat.

“Mereka juga mengonsumsi beras yang mereka masak sebagai nasi. Meski memang ada sedikit perbedaan jenis beras yang mereka konsumsi dengan jenis beras yang ada di Indonesia,” ujar Bambang.

Kalau sekarung atau dua karung beras tentu tak pernah cukup. Ada jutaan penduduk Palestina yang punya nasib serupa dengan Fatima dan keenam anaknya. Menyiapkan amanah terbaik yang dititipkan masyarakat Indonesia, ACT sedang bergegas menyiapkan 10 ribu ton bantuan beras yang bakal dikapalkan ke Palestina.

“Setelah kami berkomunikasi dengan saudara dan mitra kita di sana, mereka meyakinkan bahwa bantuan beras ini sangat dibutuhkan dan pasti diterima oleh saudara-saudara kita di Gaza. Karena memang mereka juga mengonsumsi nasi, selain mengonsumsi roti yang terbuat dari tepung gandum,” pungkas Bambang.

Tinggal menghitung hari, pertengahan Februari esok dari Terminal Petikemas Surabaya, 10 ribu ton bantuan beras dari Kapal Kemanusiaan bakal dilayarkan sampai Palestina. Angkat jangkar, Kapal Kemanusiaan bukti bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement