Senin 08 Jun 2015 08:54 WIB

Partai Erdogan Kehilangan Banyak Kursi Parlemen

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Indah Wulandari
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: Reuters
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA -- Partai berkuasa, Partai Keadilan dan Perkembangan (AKP), kehilangan banyak suara dalam pemilihan umum, Ahad (7/6). Partai Presiden Recep Tayyip Erdogan ini kehilangan banyak kursi parlemen untuk pertama kalinya dalam 13 tahun terakhir.

Hasil mengejutkan diperoleh partai pro Kurdi, HDP, yang memperoleh sekitar 13 persen. Pertama kalinya, partai tersebut akan masuk parlemen. HDP diperkirakan akan memperoleh antara 75-80 kursi di parlemen.

Dikutip laporan televisi TRT, dengan perolehan suara 99 persen secara total, AKP memperoleh 41 persen. AKP menyelamatkan 258 kursi di parlemen, 18 kursi lebih sedikit dari yang dibutuhkan untuk jadi mayoritas.

Ini memaksa AKP berkoalisi dengan partai lain untuk memperoleh kekuatan yang lebih besar. Sementara partai Rakyat Republik (CHP) berada di posisi kedua dengan perolehan suara 25 persen.

Hasil ini menunjukan bahwa Erdogan tidak dapat mengganti Turki jadi negara republik. Sebelumnya, Erdogan berniat melebarkan kekuasaannya dengan mengubah konstitusi jadi republik kepresidenan.

''Keputusan rakyat adalah keputusan yang paling tepat,'' kata Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, dikutip BBC. ''Pemilih jelas-jelas mengatakan tidak pada sistem presidensial,'' kata Ketua CHP Murat Karayalcin.

Perolehan terbaik HDP sepanjang sejarah tersebut juga berkat kampanye yang dibawanya. Seperti pesan kesetaraan, hak pasangan sesama jenis dan masalah lingkungan. HDP juga memperoleh suara mayoritas dari minoritas Kurdi.

''Ini adalah kemenangan demokrasi melebihi korupsi politik,'' kata wakil ketua HDP, Sirri Sureyya, di Istanbul. Menurut dia, kepemimpinan eksekutif presiden dan kediktatoran telah berakhir bersama dengan munculnya hasil pemilu.

Kontributor BBC, Mark Lowen, di Istanbul mengatakan hasil pemilu akan membawa pada era politik baru, juga tantangan bagi presiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement