REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Mungkin, bukan untuk ini Komite Nobel memberikan penghargaan bagi Presiden Amerika SerikatBarack Obama dua tahun lalu; dua bulan kemudian dia menggenjot produksinya perang di Afghanistan, mengirimkan 30 ribu tentara AS tambahan.
Sekarang dia telah memerintahkan serangan udara besar-besaran di Libya - dengan dukungan PBB, tetapi masih dengan Amerika Serikat dalam memimpin. "Dinilai dari tindakannya, tokoh yang konon anti-perang ini sekarang terlihat hampir sama suka berperangnya seperti Presiden George W Bush," tulis situs berita internasional asal Inggris, BBC.
Meski Inggris -- bersama Prancis -- menjadi aktor utama serangan atas Libya, BBC menyoal sikap Obama yang men dukung serangan itu. "Kurang dari seminggu sejak rudal jelajah pertama diluncurkan, jam sudah berdetak tentang bagaimana sikap Amerika selanjutnya sangat tergantung padanya," ulas BBC.
Para pengunjuk rasa berdemonstrasi di depan Gedung Putih atas keterlibatan AS di Libya, 19 Maret. Survei menunjukkan orang Amerika banyak yang tidak mendukung intervensi militer AS atas Libya.
Jajak pendapat oleh Gallup, CBS dan CNN sejak peringkat persetujuan serangan, popularitas Obama merosot sekitar 50 persen.
Hal ini bertolak belakang dengan dukungan atas keputusan perang Bush. Survei saat Presiden Bush memberi perintah perang menunjukkan 90 persen dukungan dari publik AS.
Bahkan untuk tahap awal invasi Irak 2003, rating-nya lebih dari 60 persen, meski berangsur merosot sejak saat itu.
"Banyak orang Amerika bingung bahwa Obama akhirnya membawa bangsa itu pada perang lain," tulis BBC.