REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Panitia penyelenggara hadiah Nobel mengatakan "terkejut" dengan hukuman penjara yang dijatuhkan pada aktivis Rusia Oleg Orlov. Pendiri pusat hak asasi manusia Memorial yang kini sudah dibubarkan itu memenangkan hadiah Nobel Perdamaian pada 2022 lalu.
"Vonis terhadap Orlov bermotif politik dan memberikan bukti lain semakin dilecehkannya hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat di Rusia hari ini," kata ketua komite Joergen Watne Fyrdnes, dalam pernyataannya, Rabu (28/2/2024).
Orlov dihukum dua setengah tahun penjara karena "mendiskreditkan angkatan bersenjata" dengan memprotes perang di Ukraina dan menuduh Presiden Vladimir Putin mengarah pada fasisme. "Sudah bertahun-tahun rezim Putin mencoba membungkam pemimpin Memorial dan organisasi masyarakat sipil penting lainnya di Rusia, dan kini mereka menggunakan perang di Ukraina sebagai alasan untuk menyelesaikan pekerjaan itu," kata Watne Frydnes.
"Penting mereka tidak berhasil," tambahnya. Memorial membela kebebasan berbicara dan mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia sejak didirikan pada 1989. Rusia membubarkan organisasi itu pada 2021 setelah menetapkannya sebagai "agen asing."
Pada Senin (26/2/2024) Watne Frydnes merupakan pemimpin baru Komite Nobel Norwegia yang terdiri dari lima anggota. Di usia 39 tahun ia merupakan ketua termuda komite tersebut. Dalam kesempatan terpisah komite mengatakan mereka sudah memasukan 285 kandidat sebagai calon pemenang hadiah Nobel Perdamaian. Kandidat-kandidat itu terdiri dari 196 individu dan 89 organisasi