Jumat 01 Apr 2011 06:40 WIB

Pasukan Iran Tangkap Sejumlah Orang Pada Pemakaman Ayah Mousavi

REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN--Pasukan keamanan Iran hari Kamis menangkap sedikitnya tujuh orang pada pemakaman ayah pemimpin oposisi reformis Mir Hossein Mousavi, demikian dilaporkan situs beritanya. Pemakaman Mir Esmaeil, ayah Mousavi yang meninggal pada Rabu dalam usia 103 tahun, terganggu oleh keberadaan sejumlah besar aparat keamanan, kata Kaleme.com.

Situs berita itu mengatakan, jenazah Mir Esmaeil dibawa oleh aparat-aparat yang berpakaian sipil ke sebuah ambulan ketika pelayat berkumpul di depan rumahnya, sebelum mereka memprotes tindakan itu. "(Pasukan keamanan) memukuli pemrotes dan menangkap sedikitnya tujuh orang," kata laporan itu.

Kaleme.com melaporkan keberadaan sejumlah besar polisi antihuru-hara dan aparat berpakaian sipil di tempat pemakaman Behesht Zahra di Teheran selatan, dimana Mir Esmaeil dimakamkan.

Rahesabz.net, sebuah situs lain yang memiliki hubungan dekat dengan Mousavi, mengatakan, pemimpin oposisi itu diizinkan pergi ke rumah ayahnya pada Rabu malam untuk berduka-cita dan melepas kepergiannya.

Menurut situs-situs oposisi, Mousavi dan istrinya berada dalam penahanan rumah yang ketat sejak 14 Februari, ketika pendukung mereka melakukan protes anti-pemerintah. Mousavi dan pemimpin oposisi lain, Mehdi Karroubi, adalah calon-calon presiden yang kalah dalam pemilihan dua tahun lalu, namun mereka menganggap pemilu itu dicurangi.

Anggota-anggota parlemen Iran dan ulama garis keras menyerukan penuntutan para pemimpin oposisi itu, namun para pejabat pengadilan mengatakan bahwa Mousavi dan Karroubi untuk sementara waktu tetap berada di dalam rumah mereka namun tanpa akses ke dunia luar. Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan presiden Juni 2009 yang disengketakan itu.

Ratusan reformis ditahan dan diadili dalam penumpasan terhadap oposisi pro-reformasi setelah pemilihan umum presiden itu, yang disusul dengan kerusuhan terbesar dalam kurun waktu 31 tahun. Mousavi dan Karroubi, mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwa pemilihan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan.

Meski ada larangan protes dan penindakan tegas dilakukan oleh aparat keamanan, para pendukung oposisi berulang kali memanfaatkan acara-acara umum untuk turun ke jalan. Delapan orang tewas dan ratusan pendukung oposisi ditangkap dalam demonstrasi pada 27 Desember 2009, ketika ribuan pendukung oposisi melakukan pawai semacam itu.

Sejumlah reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yang ditangkap setelah pemilu Juni itu dikabarkan masih berada di dalam penjara dan beberapa telah disidangkan atas tuduhan mengobarkan kerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu. Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia. Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel, dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran. Sejumlah pejabat Iran mengatakan, 36 orang tewas selama kerusuhan itu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian 72. Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27 Desember 2009, menurut data resmi.

sumber : antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement