REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO - Dua mantan menteri Mesir akan menghadapi pengadilan untuk kasus penjualan gas alam kepada Israel dengan harga murah. Sameh Fahmi dan Mahmud Latif dituduh merugikan negara 714 juta dolar karena transaksi itu. Demikian menurut sumber-sumber pengadilan pada Sabtu (23/4).
Lima pejabat kementerian perminyakan juga akan diadili dengan tuduhan serupa. Fahmi dan Latif, yang sebentar menjadi menteri perminyakan awal tahun ini, sudah dalam tahanan. ''Mereka dituduh mengekspor gas ke Israel dengan harga yang lebih rendah dari harga internasional sehingga merugikan keuangan publik," kata sumber itu.
Pemeriksaan dalam kesepakatan kontroversial itu telah diperluas kepada presiden yang digulingkan Hosni Mubarak. Mubarak, yang telah ditahan karena dicurigai terlibat dalam kematian demonstran, ditanya tentang kontrak pada awal pekan ini. Mantan orang kuat berusia 82 tahun itu kini berada dalam tahanan polisi di rumah sakit di Resor Laut Merah Sharm el-Sheikh.
Pers setempat melaporkan bahwa Mubarak membantah mengetahui secara mendalam tentang perundingan untuk perjanjian 2005 dengan Israel. Kantor berita negara MENA melaporkan pekan lalu bahwa perdana menteri Mesir telah meminta untuk merevisi semua kontrak pemasokan gas ke luar negeri, termasuk ke negara Yahudi itu. Mesir diperkirakan memasok 40 persen kebutuhan gas Israel.