Ahad 29 May 2011 08:35 WIB

Bendung Pengaruh Iran, Saudi Bentuk Kelompok Negara Monarki

Pasukan Kehormatan Arab Saudi sedang berbaris sambil memegang pedang emas.
Foto: AP/Hassan Ammar
Pasukan Kehormatan Arab Saudi sedang berbaris sambil memegang pedang emas.

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO - Koran New York Times menulis bahwa ketika rakyat di Timur Tengah bangkit melawan pemerintah despotik, Arab Saudi mulai ketakutan kehilangan kekuasaannya. Negara kaya minyak di Teluk Persia ini menggunakan segala cara untuk membendung arus kebangkitan rakyat ke negaranya baik melalui jalur diplomatik maupun kekerasan.

Menurut laporan IRNA, Koran New York Times edisi Sabtu (28/5) itu menulis Arab Saudi menggunakan seluruh kekayaannya dan kekuatan diplomatiknya di kawasan untuk mencegah perubahan dan kebangkitan rakyat.

Dalam hal ini, Riyadh dengan dukungan keluarga kerajaan berusaha keras membungkam rakyat yang tidak puas di negara ini. Menurut sumber ini, Arab Saudi demi mencegah pengaruh kebangkitan rakyat kawasan ke negaranya tak segan-segan mengucurkan dana empat miliar dolar guna mengokohkan posisi Dewan Militer di Mesir serta mengajak Jordania dan Maroko masuk menjadi anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC). Menurut koran ini, hal ini juga dilakukan Arab Saudi untuk membendung pengaruh luas Iran di kawasan.

Arab Saudi berusaha mencegah perubahan drastis di sistem pemerintahan monarki despotik dengan menekankan stabilitas semu di negara yang menganut sistem kerajaan (monarki). Karena, perubahan ini akan menimbulkan pertanyaan serius di Arab Saudi di bidang politik dan ekonomi.

Prakarsa Riyadh menarik Jordania dan Maroko mesuk ke P-GCC dimaksudkan untuk membentuk kelompok negara-negara monarki. Saat ini keenam anggota PGCC (Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Oman, Qatar, Kuwait dan Bahrain) seluruhnya menganut sistem kerajaan.

Menurut para pengamat, pesan utama dari pembentukan kelompok ini adalah negara Arab Sunni menegaskan kepada Iran sebagai negara Syiah bahwa mereka akan melindungi kepentingannya dengan cara apapun.

Pangeran Walid bin Talal bin al Saud, pengusaha dan anggota keluarga Saud di Riyadh, terkait instabilitas di kawasan mengatakan," Kami mengirimkan pesan ini bahwa hal ini tidak akan terjadi pada keluarga kerajaan Saudi dan kami tidak menginginkan jalur kekerasan. Tapi, kami hanya berusaha mempertahankan kepentingan kami."

sumber : IRIB
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement