REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Cina mengirimkan protes resmi kepada pemerintah AS atas pertemuan pribadi Presiden Barak Obama dengan Dalai Lama. Cina menuduh Washingtong 'secara menjijikan' telah mencampuri urusan dalam negeri Cina dan merusak hubungan bilateral.
Kemarahan itu tak mengejutkan mengingat Cina selalu keberatan bila pemimpin spiritual Tibet itu bertemu dengan pemimpin luar negeri. Namun tak dipungkiri pertemuan itu mengancam atmosfer kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton ke Cina yang dijadwalkan pekan depan, dan Joe Biden pada bulan depan.
Menteri Luar Negeri Cina pada Ahad menuturkan bahwa Wakil Menlu, Cui Tiankai, memanggil duta besar AS di Beijing, Robert S. Wang, untuk mendaftarkan komplain resmi atas pertemuan berdurasi 44 menit di Gedung Putih pada Sabtu kemarin.
"Hal yang ditekankan Cina, terlepas dari penentangan keras dan representasi tunggul Cina, pihak AS bersikers mengatur pertemuan Presiden Obama dengan Dalai Lama di Gedung Putih," ujar Menlu dalam pernyataannya yang tercantum di website, Senin (18/7) .
"Hal ini adalah campur tangan serius terhadap urusan dalam negeri Cina, menyakiti rakyat Cina, merusak kepentingan inti Cina serta merusak hubungan Cina-As." Kubu Cina terlihat begitu keras menampakkan kegusaran sekaligus penentangan keras.
Cina memandang Tibet sebagai bagian dari teritorinya dan menganggap Dalai Lama, yang lari ke pengasingannya di India sejak 1959, sebagai separatis. Dalai Lama, menekankan ia selalu berkampanye damai untuk memperoleh kebebasan beragama dan hak otonom, bukan kemerdekaan.
Dalam Lama, yang memenangkan Nobel Perdamaian pada 1989, bertemu dengan Presiden Obama di akhir-akhir lawatan seslama 10 hari di AS. Awal kunjungannya di negara itu ia menyampaikan ajaran Budha dan bertemu dengan beberapa pemimpin politik AS, termasuk anggota Komite Hubungan Luar Negeri Senat.
Padahal pertemuan Dalai Lama dengan Obama dilakukan di Map Room, bagian kediaman resmi kepresidenan, alih-alih dilaksankan di Oval Office, di mana kepala negara selalu disambut secara resmi di sana. Gedung Putih ingin menekankan bahwa baik Dalai Lama dan AS menerima gagasan bahwa Tibe adalah bagian dari Cina.
"Presiden kembali menegaskan dukungan kuat terhadap pelestarian agama, budaya dan tradisi bahasa Tibet yang unik serta keberadaan etnis Tibet di penjuru dunia," ujar Gedung Putih dalam pernyataan resmi seusai pertemuan. "Ia menggarisbawahi pentingnya perlindungan terhadap hak asasi warga etnis Tibet di Cina."
Dua putri Obama, Sasha dan Malia juga hadir di sebagian pertemuan itu, demikian menurut keterangan dalam situs resmi Dalai Lama. Namun tak ada penjelasan lebih detail.
Pertemuan pribadi terakhir antara Obama dengan Dalai Lama berlangsung pada Februari 2010. Pertemuan itu juga membuatt Beijing geram dan membuat hubungan kedua negara jatuh ke tingkat parah. Hubungan kembali membaik ketika Presiden Hu Jintao membuat kunjungan kenegaraan ke AS pada Januari ini.
Pemilihan waktu pertemuan pada Sabtu tersebut dipandang sangat sensitif, mengingat dilakukan saat Pemerintah Cina berupaya merayakan 60 tahun peringatan 'pembebasan damai' Tibet oleh tentara Komunis.