Jumat 12 Aug 2011 14:20 WIB

Cameron: Bukan Ciri Khas Inggris, Kerusuhan London tidak Bisa Dimaafkan

Bangunan mal perbelanjaan yang dibakar massa saat kerusuhan di Tottenham, London
Foto: Pan-African News Wire File Photos
Bangunan mal perbelanjaan yang dibakar massa saat kerusuhan di Tottenham, London

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Inggris akan mengambil langkah tegas untuk mengenyahkan kekerasan dan kerusuhan, yang inspirasinya berasal dari gerombolan penjahat jalanan. Tujuannya untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa Inggris adalah negara yang mengacu ke masa depan, dan siap untuk menjadi tuan rumah Olimpiade tahun depan. Demikian dinyatakan Perdana Menteri Inggris David Cameron Kamis (11/08).

Ia mengatakan juga, "Apa yang kita lihat di jalan-jalan ibukota London dan kota-kota lainnya tidak dapat diterima. Saya yakin parlemen akan ikut mengutuk. Menjaga keselamatan masyarakat adalah tugas utama pemerintah. Seluruh negara terkejut akibat peristiwa penjarahan, kekerasan, perusakan dan pencurian. Ini adalah tindakan kriminal dan tidak bisa dimaafkan."

Cameron menekankan, pemerintah tidak akan membiarkan perasaan takut menguasai jalan-jalan, dan mereka akan mengambil semua langkah untuk menegakkan hukum dan membangun kembali masyarakat.

Kerusuhan Tidak Menyangkut Kemiskinan

Sambil menyebutkan langkah-langkah yang akan diambil untuk mencegah penyebaran gelombang kerusuhan, pembakaran dan penjarahan, Cameron mengatakan di depan parlemen, ini tidak menyangkut kemiskinan. Ini tentang kebudayaan yang mengagung-agungkan kekerasan serta tidak menunjukkan hormat kepada otoritas. Demikian ditekankan Perdana Menteri Inggris itu.  

Dunia menatap Inggris dan terperanjat. Oleh sebab itu, Cameron menekankan, "Dunia harus diyakinkan lagi, bahwa kerusuhan yang terjadi tidak mewakili negara kita, dan remaja kita".

Selama ia berbicara di depan parlemen, pengadilan di London dan kota-kota lain bekerja tanpa henti untuk menjatuhkan hukuman bagi mereka yang ditangkap selama lima hari berlangsungnya kekerasan. Jumlah orang yang dibekuk di seluruh Inggris kini bertambah hingga lebih dari 1.300 orang. Demikian jumlah resmi yang dilaporkan hari Kamis. 

Pemerintah akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menegakkan hukum dan membangun kembali masyarakat, demikian dikatakan Cameron. Termasuk dalam langkah yang akan diambil, para menteri akan mempertimbangkan apakah militer juga sebaiknya ikut dalam penjagaan ketertiban.

Dukungan dan Kritik Oposisi

Pemimpin oposisi, Ed Miliband menyatakan dukungan atas tindakan yang direncanakan pemerintah. Miliband juga menambahkan, Inggris bersatu menghadapi kekerasan tersebut. Ia menekankan, kerusuhan dan kekerasan tidak dapat dibenarkan. Namun demikian Miliband juga mengajukan tuntutan dan melontarkan kritik.

"Bapak pembicara, kejadian beberapa hari belakangan ini sudah menjadi peringatan keras kepada kita semua, bahwa keberadaan polisi di jalan-jalan membuat kota kita lebih aman, dan masyarakat merasa lebih aman. Mengingat bagi masyarakat kehadiran polisi penting, apakah Perdana Menteri mengerti, bahwa rakyat akan berpikir, tidak benar jika jumlah polisi terus dikurangi seperti sudah direncanakan pemerintah."

Penambahan Jumlah Polisi

Cameron mengatakan, 16.000 polisi akan terus berada di jalan-jalan ibukota London selama akhir pekan mendatang, untuk mencegah kerusuhan baru. Polisi juga akan ditempatkan dalam jumlah besar di kota-kota penting Inggris, termasuk Manchester, Birmingham dan Liverpool.

Ketika berbicara di depan parlemen dalam sidang darurat, Cameron menjelaskan, awalnya polisi menilai kerusuhan hanya sebagai gangguan dalam keteraturan di masyarakat. Di samping itu, jumlah polisi yang diturunkan terlalu sedikit, dan taktik mereka tidak berfungsi, ketika kerusuhan mencapai puncaknya hari Senin (08/08) di London, ketika rumah, kantor, bus dan mobil dibakar. 

Dalam pernyataannya Rabu lalu (10/08), Cameron mengatakan, semua kemungkinan juga dipertimbangkan. Polisi sekarang diijinkan untuk menggunakan peluru karet, dalam pertemuan Rabu pagi, kabinet juga juga menyetujui penggunaan meriam air.

 

sumber : dw-world
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement