Kamis 25 Aug 2011 21:38 WIB

Pemberontak Datangkan Tambahan Bantuan ke Tripoli

Rep: Hiru Muhammad/ Red: cr01
Pasukan pemberontak Libya berjaga-jaga di luar Hotel Corinthia di Tripoli, tempat di mana para jurnalis asing terjebak, Kamis (25/8).
Foto: AP
Pasukan pemberontak Libya berjaga-jaga di luar Hotel Corinthia di Tripoli, tempat di mana para jurnalis asing terjebak, Kamis (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI – Pasukan pemberontak Libya berupaya melakukan sejumlah konsolidasi memperkuat pertahanan dengan mendatangkan pasukan tambahan, dukungan dana, guna menguasai ibu kota Tripoli sepenuhnya dari tangan pasukan pendukung pemimpin libya, Muamar Qadafi.

Bala bantuan dari kota Misrata telah datang dan bergabung dengan pasukan yang ada di Tripoli. Sampai Kamis (25/8) aksi baku tembak masih terus terjadi di pinggiran Bab Al-Aziziya dan distrik Abu Salim yang ada di dekatnya. Tempat di mana Qadafi melepaskan sejumlah tahanan, mendanai dan mempersenjatai mereka.

Saat ini, sekitar empat hingga lima pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC) juga telah tiba di Tripoli untuk memulai kegiatan pemerintahan. Tidak diketahui secara jelas apakah mereka akan mendirikan kantor perwakilan NTC.

Maram Wafa, warga Tripoli, menyebutkan pasukan pemberontak telah menguasai sebagian besar kota Tripoli, meski masih terdengar di beberapa lokasi suara tembakan. Warga masih takut keluar rumah karena khawatir mereka akan menjadi sasaran serangan bersenjata. Terutama dari pendukung Qadafi yang masih berkeliaran membawa senjata.

 

Menurut Al-Jazeera, di Sirte, pihak pemberontak menyatakan kesiapannya untuk menyerang kota tempat kelahiran orang nomor satu di Libya tersebut. Mereka kini telah menempatkan sejumlah persenjataan berat guna memasuki kota yang berjarak 360 kilometer di timur Tripoli itu.

Sebelumnya pada Rabu (24/8) lalu, gerak maju pasukan pemberontak ke Sirte dihadang, saat memasuki kota Bin Jawad. "Kami terkejut, karena kami mengira mereka telah menyerah ketika Tripoli jatuh," kata Fawzi Bukatif, komandan pasukan pemberontak.

Sejumlah rumah sakit di kota Tripoli kini kebanjiran pasien korban peperangan tersebut. Terbatasnya tenaga medis dan obat-obatan telah membuat banyak pasien yang kurang tertangani dengan baik. Apalagi sejumlah dokter dan tenaga medis khawatir akan keselamatan mereka mengingat kondisi kota yang belum aman.

Juru bicara Komite Palang Merah Internasional, Robin Waudo, menyebutkan dua tim bedah dari Eropa telah dikirim dan diharapkan tiba di Tripoli Jumat (25/8).

Salah seorang putra Qadafi, Saadi dalam sebuah suratnya elektroniknya yang dikirim ke CNN telah menawarkan negosiasi gencatan senjata. Pihaknya ingin segera menyelamatkan kota berpenduduk sekitar 2 juta jiwa itu karena tidak ingin berubah seperti Somalia. "Tanpa gencatan senjata akan terjadi banjir darah," katanya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement