Jumat 16 Sep 2011 13:17 WIB

Di Libya, PM Inggris dan Presiden Perancis Disambut Bak Pahlawan

Rep: C16/ Red: Djibril Muhammad
Para pemimpin Eropa dan pejabat NTC Libya dalam sebuah konferensi pers, Kamis (15/9).
Foto: AP
Para pemimpin Eropa dan pejabat NTC Libya dalam sebuah konferensi pers, Kamis (15/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Perdana Menteri Imggris David Cameron dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy disambut sebagai pahlawan di Libya. Mereka adalah pemimpin asing pertama yang mengunjungi Libya sejak Kolonel Muammar Qaddafi jatuh.

Cameron dan Sarkozy tiba di Tripoli pada Kamis (15/9) pagi tempat dimana mereka akan mengadakan pembicaraan dengan pemimpin sementara Libya. Mereka menjanjikan dukungan untuk NTC dan mengumumkan serangkaian tindakan termasuk unfreezing dalam asset Libya dan pendanaan untuk pembersihan ranjau darat.

Cameron dan Sarkozy kini berada di bawah pengamanan ketat perjalanan ke Benghazi, kubu timur NTC dan kursi revolusi Libya. Di Benghazi ribuan orang memenuhi pusat Liberty Square, bersorak-sorai menyambut kedatangan mereka berdua.

Dalam kerumunan massa Cameron mengatakan sangat senang berada di Libya yang kini telah bebas. "Kolonel Qaddafi mengatakan ia akan memburu anda seperti tikus, tetapi anda menunjukkan keberanian singa," ujarnya.

Sarkozy yang datang menuju kerumunan yang tidak henti-hentinya berteriak menyerukan namanya, Sarkozy pun akhirnya mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, banyak masyarakat Libya yang berada di kerumunan tersebut mengibarkan bendera Perancis.

Selama satu hari kunjungannya Cameron memuji NTC karena telah memberikan kontrol terhadap Libya, tetapi ia juga memperingatkan agar Libya tetap harus berhati-hati karena bagian tersulit masih ada di depannya.

Baik dia dan Sarkozy mengatakan NATO akan melanjutkan misi di bawah mandat PBB untuk melindungi warga sipil Libya sampai sisa-sisa terakhir pasukan pro-Qaddafi dikalahkan. Inggris dan Prancis akan berada di garis terdepan pada Operasi NATO di Libya.

Sarkozy mendesak Libya untuk menghindari dendam dan pembalasan, meminta mereka untuk menjaga persatuan dan mencari rekonsiliasi. Sementara itu, Abdul Jalil berterima kasih kepada Cameron dan Sarkozy karena telah membantu membangun kembali kehidupan politik, ekonomi dan militer di Libya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement