Senin 03 Oct 2011 06:38 WIB

Kantor Karzai: Pembunuh Rabbani Warga Pakistan

REPUBLIKA.CO.ID,KABUL--Pembunuh utusan perdamaian Afghanistan Burhanuddin Rabbani adalah warga Pakistan, kata kantor Presiden Hamid Karzai dalam sebuah pernyataan, Minggu. Bukti menunjukkan bahwa kematian Rabbani bulan lalu "direncanakan di Quetta dan orang yang melancarkan serangan bunuh diri terhadap Rabbani seorang warga negara Pakistan", kata pernyataan itu mengutip penyelidik.

Pernyataan itu menambahkan, pembunuh tersebut tinggal di Chaman, sebuah kota perbatasan Pakistan dekat Quetta. Rabbani, ketua Dewan Perdamaian Tinggi yang dibentuk Karzai, tewas dalam serangan oleh seorang pembom bunuh diri bersorban di rumahnya di Kabul pada 20 September.

Ia berpendapat sedang menemui seorang utusan yang membawa pesan khusus dari Taliban.Pemerintah Afghanistan berusaha memulai perundingan dengan Taliban dalam upaya mengakhiri perang 10 tahun namun tidak mencapai kemajuan yang berarti. Juru bicara Karzai, Siamak Herawi, mengatakan, Minggu, presiden meninjau lagi strategi perdamaiannya dan ia akan segera mengungkapkan langkah-langkah mendatang.

Kematian Rabbani itu berisiko menimbulkan pergolakan baru, dan menurut para ahli, orang-orang Tajik pendukung Rabbani, yang ikut melakukan perlawanan terhadap Taliban ketika mereka berkuasa, mungkin menolak segala upaya untuk membicarakan perdamaian. Rabbani dimakamkan di Kabul pada 23 September di tengah teriakan-teriakan marah para pendukungnya yang menyerukan "Kematian bagi Amerika, kematian bagi Pakistan, kematian bagi Karzai", dan mereka berjanji turun ke jalan untuk memprotes pembunuhan itu.

Para pemimpin Taliban menolak berkomentar mengenai pembunuhan Rabbani itu. Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut. Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

sumber : antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement