REPUBLIKA.CO.ID, MISRATA, - Keluarga Moammar Qaddafi menuntut diberi kesempatan untuk memakamkan mayatnya, yang dipertontonkan di satu tempat penyimpanan daging. Sementara NATO menyerukan diakhirinya serangan udaranya di Libya.
Dalam satu pernyataan di stasiun televisi pro-Qaddafi yang berpusat di Suriah, keluarga mantan pemimpin Libya tersebut meminta mayat Qaddafi putranya, Mu'tassim, dan orang lain yang tewas pada Kamis (20/10) oleh petempur yang menguasai kota kelahirannya --Sirte.
"Kami menyeru PBB, Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) dan Amnesty International agar memaksa Dewan Peralihan Nasional menyerahkan mayat para syuhada kepada suku kami di Sirte dan mengizinkan mereka melakukan upacara pemakaman mereka sejalan dengan ajaran Islam," demikian isi pernyataan keluarga Qaddafi.
Dalam satu konferensi yang tak banyak dihadiri wartawan Jumat larut malam, Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan perhimpunan Barat tersebut telah mengambil keputusan awal untuk menyerukan penghentian Operation Unified Protector pada 31 Oktober.
Seperti juga para pejabat lain Barat, Rasmussen tak menyampaikan penyesalan secara terbuka mengenai kematian mantan pemimpin Libya tersebut, yang ditangkap dalam keadaan hidup oleh anggota Dewan Peralihan Nasional (NTC) tapi dibawa dalam keadaan tewas ke satu rumah sakit.
"Kami meningkatkan operasi rumit dengan kecepatan yang tak pernah dilakukan sebelumnya dan melaksanakannya dengan sangat hati-hati," kata Rasmussen. "Saya sangat bangga mengenai apa yang telah kami capai."
Di Misrata, seorang komandan lokal, Abdul-Salam Eleiwa, memperlihatkan mayat Qaddafi, di tempat penyimpanan mayat, pada Jumat (21/10). Ada lubang bekas peluru di kepalanya.
"Ia akan mendapatkan haknya, seperti orang Muslim lain. Mayatnya akan dimandikan dan diperlakukan secara bermartabat. Saya kira ia akan dimakamkan di pemakaman Muslim dalam waktu 24 jam," katanya.
Puluhan orang, banyak di antara mereka menggunakan kamera, mendekat untuk melihat bahwa Qaddafi sudah tewas.