REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Perdana menteri Tibet di pengasingan, Kamis mendesak Amerika Serikat meningkatkan tekanan terhadap China setelah gelombang bakar diri, yang menurutnya menunjukkan kegagalan pemerintah Beijing.
Lobsang Sangay, yang dipilih menduduki jabatan baru pemerintah di pengasingan Tibet saat Dalai Lama mengurangi peran politiknya, bertemu dengan para anggota Kongres di Washington ketika seorang biarawati menjadi orang yang kesebelas biarawan atau biarawati membakar dirinya tahun ini.
Memberikan laporan kepada Kongres, Sangay menyerukan AS "membujuk pemerintah China agar menyadari bahwa tragedi yang terjadi di Tibet akibat kebijakan garis keras pemerintah China tidak berjalan.
"Saya kira masyarakat internasional sudah lama mengetahui situasi berat itu," katanya pada satu komisi hak asasi manusia yang dibentuk almarhum anggota Kongres AS Tom Lantos.
Sangay terutama meminta AS mengirim satu misi pencari fakta ke biara Kirti pusat aksi-aksi bakar diri, yang dilarang dikunjungi para pelancong sejak ketegangan-ketegangan meletus.
Delapan biarawan dan dua biarawati membakar diri mereka di bagian-bagian provinsi Schuan yang dihuni warga Tibet sejak seorang biarawan muda membakar dirinya di biara Kirti Maret lalu yang membuat pemerintah melakukan tindakan keras.
Para aktivis mengatakan setidaknya lima biarawan dan dua biarawati meninggal dan polisi China pada saat itu menanggapi itu dengan memukul para pemrotes dan rekan-rekan mereka bukannya memberikan bantuan.
China menuduh Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet yang meninggalkan daerahnya menuju India tahun 1959, menghasut aksi bakar diri dalam satu bentuk "terorisme yang tersamar."
China sejak lama mendiskreditkan Dalai Lama, yang tetap memiliki popularitas luas di Tibet dan luar negeri. Dalai Lama di masa lalu mengecam aksi bakar diri, yang banyak warga Buddha yakinitu bertentangan dengan agama mereka, tetapi tetap tidak mau berkomentar menyangkut gelombang protes.
Anggota Kongres AS Jim McGovern,Demokrat dari Massachusetts dan salah seorang ketua komisi itu, mengecam tanggapan China pada aksi bakar diri itu.
"Lebih baik mengakui bahwa satu bentuk protes yang nekad dan ekstrim memerlukan dialog dan rekonsiliasi, tetapi pemerintah China malahan meningkatkan penindasan terhadap para biarawan Tibet," katanya.
Protes-protes para warga Tibet terjadi saat gelombang pemberontakan di Dunia Araab telah menggulingkan para pemimpin otoriter, semula dipicu oleh aksi bakar diri seorang pedagang keliling di Tunisia.
Para biarawan di Sichuan , yang berbicara dengan para wartawan AFP yang berhasil mengunjungi wilayah itu bulan lalu, mengatakan aksi-aksi bakar diri itu dilakukan karena penolakan China untuk berunding secaa serius dengan Dalai Lama.
Maria Otero, yang wakil menlu AS urusan demokrasi dan masalah global, mengatakan pemerintah Presiden Barack Obama telah mendesak China meninjau kebijaka-kebijakannya yang "kontra-produktif" di Tibet.
"Para pejabat senior departemen luar negeri secara konsisten dan langsung mengutarakan kepada pemerintah China masalah aksi bakar diri para warga Tibet," kata Otero yang bertugas sebagai koordinator kebijakan AS mengenai Tibet dalam laporan tertuls ke satu dengar pendapat Komite Urusan Luar Negeri Kongres.