REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Selat Hormuz merupakan jalur vital pengiriman minyak mentah dari Timur Tengah ke seluruh dunia. Hampir sepertiga pasokan minyak dunia yang dibawa melalui jalan laut melewati selat tersebut.
''Penutupan rute tersebut akan menimbulkan konsekuensi serius bagi perekonomian dunia," kata pakar kajian Timur Tengah dan politik luar negeri Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Siti Mut'iah Setiawati pada diskusi "Isu Selat Hormuz" yang diselenggarakan Institute of International Studies (IIS) Jurusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (16/1).
Menurut dia, jika Iran benar-benar menutup selat itu, maka perekonomian dunia akan terganggu. Penutupan Selat Hormuz akan mengurangi pasokan minyak mentah dan gas alam cair. "Jika ancaman tersebut dijalankan sangat dimungkinkan akan terjadi perang antara Iran dengan AS. AS akan berupaya mengamankan jalur minyak dunia," kata peneliti IIS Jurusan HI UGM itu.
Menurut dia, jika terjadi perang, Iran dipastikan bisa bertahan dari serangan AS, karena Iran adalah negara yang sangat mandiri dan perekonomiannya sangat mapan.
"Indonesia sebagai negara mitra Iran dalam ekspor impor minyak mentah tentunya juga akan terkena imbas jika meletus perang Iran-AS. Jika benar terjadi perang, maka kegiatan ekspor-impor minyak dengan Iran akan ikut terhambat," kata Siti.