REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lembaga pemeringkat Standard & Poor memangkas rating kredit dana bailout European Financial Stability Facility (EFSF). Keputusan tersebut tidak bisa dihindarkan menyusul pemangkasan rating Prancis dan Austria beberapa waktu lalu.
ESFS didirikan oleh 17 negara yang memiliki mata uang tunggal Eropa pada Mei 2010. Sejauh ini dana EFSF digunakan untuk memberikan pinjaman darurat kepada Irlandia dan Portugal. ESFS memiliki kapasitas pinjaman sebesar 440 miliar euro. Pinjaman tersebut bergantung pada jaminan, terutama dari negara zona euro dengan rating AAA, seperti Jerman, Luksemburg, Finlandia dan Belanda.
Keputusan S&P untuk menurunkan rating itu tidak terelakkan, mengikuti pemangkasan rating Prancis dan Austria. Padahal kedua negara tersebut menjadi penjamin EFSF. Hal ini dikhawatirkan akan membuat ekonomi Yunani semakin tertekan. Penurunan peringkat ini akan membuat Yunani semakin kesulitan menyelesaikan masalah utangnya. Tak lain karena para kreditur semakin keberatan meminjamkan dana.
Pengamat ekonomi, Destry Damayanti menyatakan, EFSF rencananya akan menerbitkan obligasi yang dananya itu untuk mem-bailout beberapa bank di Eropa. Downgrade ini justru akan membuat penerbitan obligasi tersebut semakin sulit. Akan banyak investor yang ragu meminjamkan dananya.
"Kalau mereka mau menerbitkan obligasi, bagaimana cara mereka akan membayarnya," katanya, Selasa (17/1).
Tadinya diharapkan bila EFSF menerbitkan obligasi, maka mereka memiliki jaminan dari negara anggotanya. "Sekarang kan kemampuan membayarnya memburuk. Itu akan membuat Eropa makin susah menyari dana," ujarnya.
Akibatnya, kemungkinan Yunani akan mengalami default atau gagal bayar. Saat ini Yunani memiliki obligasi yang akan jatuh tempo pada Maret mendatang sebanyak 14,5 miliar euro. Tanpa swap obligasi dari sektor swasta bailout kedua Yunani sebesar 130 miliar euro tidak akan bisa direalisasikan.
Sebelumnya, Standard & Poor's menurunkan peringkat 9 negara di Eropa. Sebanyak empat negara diturunkan peringkatnya hingga dua tingkat, yaitu Italia, Spanyol, Portugal, dan Siprus. Sedangkan lima lainnya turun satu tingkat yaitu, Prancis, Austria, Malta, Slowakia, dan Slovenia. Penurunan peringkat ini dilakukan karena S&P menilai kebijakan yang diambil sejumlah negara tersebut tidak cukup memperbaiki sistem ekonomi di kawasan tersebut. Akibat penurunan rating ini, euro turun lebih dari 1 persen dan saham-saham di bursa Eropa menjadi negatif.