Selasa 24 Jan 2012 00:42 WIB

Barat Kembali Memasuki 'Era Kegelapan'?

Rep: Fitria Andayani/ Red: Ramdhan Muhaimin
Krisis Eropa (ilustrasi)
Krisis Eropa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Lima tahun pasca krisis kredit terjadi di 2008, ekonomi negara barat kembali dihadapkan pada prospek terjadinya kehilangan momentum pertumbuhan. Keadaan tersebut membuat dunia internasional waspada akan kemungkinan perburukan yang lebih jauh. Jika krisis utang di Eropa tidak juga menemukan jalan keluar.

Beberapa waktu lalu Direktur IMF, Christine Lagarde berkunjung ke Berlin. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk menyusun rencana aksi setelah IMF memutuskan meminjamkan dana sebesar 500 miliar dolar AS untuk menolong negara-negara yang tengah ditimpa krisis utang.

Forum G20 pun beberapa waktu lalu telah memutuskan untuk meningkatkan besaran dana penyelamatan sebesar 1 triliun dolar AS. Alokasi dana tersebut merupakan langkah penting untuk menstabilkan pasar keuangan dan mencegah krisis zona eropa menyebar ke wilayan lain. Selanjutnya, mentri -  menteri Keuangan di kawasan Eropa akan bertemu untuk membicarakan soal rencana penyelesaian utang mereka pada Selasa mendatang.

Bank Dunia saat ini telah mulai melihat kerusakan ekonomi dunia yang diakibatkan oleh krisis utang ini. Hal ini tampak dari semakin banyaknya bank Eropa yang menarik pinjaman mereka dari negara berkembang, minggu lalu. Langkah tersebut memberikan sinyak negative dan membuat proyeksi pertumbuhan negara maju Eropa dipangkas. Turun lebih dari satu persen menjadi 2,5 persen di 2012. Proyeksi yang sama pernah mereka dapatkan pada 2008 lalu, ketika dunia menghadapi fase resesi global.

IMF juga berencana memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi dunia minggu ini. Meskipun AS menunjukkan tanda-tanda perbaikan dalam beberapa minggu terakhir, namun ekonomi negara tersebut masih dianggap terlalu lemah untuk memberikan sinyal penguatan yang berkelanjutan. Proyeksi pertumbuhan Eropa tidak lebih baik dan telah jatuh kembali ke dalam resesi ringan.

Goldman Sachs menghitung, pertumbuhan pendapatan perkapita AS menyusut 0,7 persen setiap tahun, antara 2007 dan 2011.  Dibandingkan dengan pertumbuhan dua persen pada periode resesi. Di kawasan Eropa, penyusutan hampir serupa sebesar 0,6 persen turun dari 1,8 persen dalam masa pre-resesi.

Menurut mereka, resesi dan lambatnya tingkat pertumbuhan akan mengantarkan mereka ke tingkat pertumbuhan yang lebih rendah dan tingkat pengangguran yang berlarut-larut. Jika tidak diperhatikan, masalah ini akan semakin besar dan akan sangat sulit ditangani dengan pinjaman utang pemerintah. Selain itu akan membuat profil pertumbuhan tidak stabil.

Ekonom, Jerome Levy meramalkan, AS akan terperangkap dalam lingkaran pertumbuhan rendah. Setidaknya sampai level utang rumah tangga dilunasi, iklim bisnis kembali kompetitif, dan pengupahan kembali baik.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement