REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tulisan berikut ini ditulis Laura Stuart, seorang Muslimah dan ibu rumahtangga bercadar di Finchley, London, yang pada Mei 2010 lalu naik kapal Mavi Marmara menuju Gaza untuk membawa bantuan kemanusiaan.
“Dunia mungkin sedang digemparkan oleh berita kematian penyanyi Whitney Houston. Media mempublikasikan secara besar-besaran berita kematian Houston dan mungkin hampir semua media memasang berita ini sebagai headline.
Intinya, semua orang mengetahui bahwa Whitney Houston telah meninggal di sebuah kamar hotel di Beverly Hills. Dan ucapan belasungkawa pun seolah mengalir tanpa henti.
Itulah yang terjadi di Los Angeles (LA), Amerika Serikat. Di tempat lain, sekitar 7.591 mil jaraknya dari LA, tepatnya di Gaza, kondisi serupa juga terjadi.
Namun untuk kasus yang ini, media tidak membuatnya menjadi berita besar. Kematiannya seakan hanya dipandang sambil lalu. Tidak ada perhatian sebesar kematian Whitney Houston karena dia dianggap hanyalah orang biasa.
Lihat saja bagaimana BBC menuliskan dua berita ini dalam laporannya. Judul berita kematian Houston yang menjadi headline ditulis dengan sangat jelas: “Kematian Whitney Houston Mengejutkan Dunia Musik”.
Sementara berita kematian Abd Al Kareem Al Zaitouna, 71, di Gaza akibat serangan udara Israel yang sebenarnya lebih memilukan, hanya mendapatkan judul seadanya: “Satu Orang Terbunuh dalam Serangan Udara Israel”.
Bagi BBC dan sebagian besar pembacanya, Abd Al Kareem Al Zaitouna hanyalah orang biasa. Dia tidak lebih dari angka statistik dan bagi Israel, Kareem adalah seorang teroris.
Tetapi siapakah ia sebenarnya? Dia adalah pria tua yang bekerja sebagai penjaga di sebuah peternakan ayam di Gaza. Dalam beberapa pemberitaan, kandang ayam ini disebut-sebut sebagai barak militer.
Kalau kita lihat seperti apa keadaannya saat terkena serangan udara Zionis, kita bisa lihat berapa banyak senjata berat dan teknologi canggih yang dipakai Israel dalam serangannya.
Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin seorang pria tua yang menjaga kandang ayam atau barak militer dianggap mengancam keamanan sehingga harus dibombardir?
Faktanya adalah Israel dapat membunuh siapa saja yang mereka mau di Gaza. Mereka dapat membunuh memakai senjata yang dikendalikan jarak jauh. Mereka dapat menembak dari kapal angkatan laut di lepas pantai Gaza. Mereka dapat menembak dari helikopter. Penduduk Gaza setiap saatnya hidup dalam ancaman kematian akibat serangan-serangan Israel.
Kita semua harus melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menantang ketidakadilan. Dalam pandangan saya, Kareem bukanlah seorang pria tua biasa atau sekedar hitungan-hitungan statistik.
Untuk menghormatinya, saya akan menuliskan nama dan fotonya dalam tulisan saya ini.